(
@RR_WUW)
2011
Siang itu adalah siang yang panas di SMP Nusa Bakti Taruna. Rendy sedang duduk
– duduk di dekat sebuah batu dengan menahan rasa lapar. Rendy adalah anak yang
rajin ia sering menolong teman – temanya di sekolah tanpa rasa pamrih. Walaupun
dia anak orang yang tidak mampu tapi ia sangat kaya akan kebaikanya. Sekolahnya
termasuk salah satu sekolah bergengsi di kota itu. Dia termasuk anak yang
pandai di sekolah. Tapi sayang teman – temanya membencinya karena dia anak
orang miskin. Bahkan untuk biaya sekolah saja ia sudah menunggak 2 bulan, tapi
ia tetap sabar.
Ketika pulang sekolah ia menemukan dompet di jalan ia berniat untuk mengambil
isinya tapi ia ingat pesan ayahnya,“Janganlah kamu mengambil barang orang lain
tanpa seijinya.” Ia menemukan KTP sang pemilik dompet ia segera menuju
rumahnya.
Saat ia sampai di rumah orang tersebut, ia tidak menduga bahwa anak sang
pemilik dompet itu adalah teman sekelasnya yang sering menjahatinya. Sejak saat
itu Rendy tinggal di rumah itu, biaya sekolahnya ditanggung ayah angkatnya.
Tapi saudara angkatnya tidak mengakuinya. Rendy tetap sabar.
...
Keesokan harinya tiba – tiba ia menerima telepon dari rumah sakit Kasih Bunda,
bahwa saudara angkatnya yang bernama Putra kecelakaan, Rendy merawat kakaknya.
Tiba - tiba mereka mendengar kabar buruk yaitu ayah mereka harus bekerja di
luar negri selama 1 tahun. Akhirnya Rendy dan Putra harus berpisah Putra lebih
memilih ikut dengan ayahnya.
Karena Rendy sekarang ikut dengan ayah angkatnya, ia pun harus meninggalkan
sekolah lamanya, ia harus pindah ke sekolah yang terkenal di Jakarta.
***
Kesabaran Membuahkan Hasil
Pada hari pertama masuk sekolah Rendy terlihat sebagai murid yang lincah,
pandai, dan tekun. Tapi sayang ada salah satu teman yang membencinya ia adalah
Lukman. Lukman sebenarnya murid yang pandai tapi ia sombong. Saat ada lomba
cerdas cermat Rendy mewakili sekolahnya ia pun menang pada lomba penyisihan
pertama Kemudian giliran Lukman yang mewakili sekolahnya pada penyisihan kedua.
Pada akhirnya, mereka berdua masuk final. Saat itu ada suatu perubahan
peraturan yaitu setiap sekolah harus mengirimkan 1 orang saja yang dapat tampil
di final. Akhirnya Rendy yang dipilih tetapi Lukman membantah, kepala sekolah
pun akhirnya memutuskan yang dapat mewakili adalah Lukman, Rendy pun mengalah.
Pada satu hari sebelum final Lukman jatuh sakit keluarganya membawanya ke rumah
sakit tapi apa daya, akhirnya Rendy yang harus dikirim untuk menghadapi final
tersebut. Saat lomba berlangsung ia bertemu dengan guru sekolahnya yang dulu.
Walau sekolah mereka bersaing tapi Rendy tetap meminta doa restu terhadap
gurunya.
Saat lomba mulai Rendy merasa gugup sebab para sainganya adalah orang yang
pandai mereka pernah bersekolah di luar negeri. Tapi karena ia selalu mengiat pesan
ayahnya akhirnya Rendy merasa optimis akan memenangkan lomba tersebut. Dua jam
berlalu saatnya pengumuman. Dewan juri mengumumkan bahwa juara satu diraih oleh
dua orang yaitu Rendy dan teman sekolahnya dulu yaitu Ikbal. Walaupun mereka
bersahabat tetapi mereka harus bersaing lagi. Pertanyaan petama dibacakan
ternyata Rendy mampu menjawabnya. Kemudian pertanyaan kedua dibacakan, sekarang
giliran Ikbal yang dapat menjawab. Pertanyaan terakhir dibacakan Rendy gugup
akan menjawabnya tetapi ia optimis.
Akhirnya ia memenangkanya. Ia membagi rasa senangnya dengan bersedekah kepada
fakir miskin. Saat saudaranya pulang dari luar negeri, ia berniat memberi tahu
kabar yang menggembirakan tersebut. Akan tetapi dia malah mendengar kabar buruk
bahwa ayah kandung Rendy meninggal. Ia sangat sedih, ia pergi melayat ke rumah
ayah kandungnya. Tapi ternyata ayahnya telah dimakamkan. Saat ia pergi ke makam
ia pingsan, sebab ia masih tidak percaya kalau ayahnya meninggal karena
dibunuh. Putra menghibur Rendy, tapi Rendy masih belum bisa melupakan ayahnya.
...
Tiga bulan berlalu saat itu ia berulang tahun. Tapi ulang tahunya kini
hampa tanpa ayahnya. Walau ayah angkatnya telah membuat pesta yang besar. Ayah
angkatnya juga memberikan sebuah kado yaitu mobil yang dia harapkan dulu. Putra
bertanya kepada Rendy,”apa yang kamu inginkan?.”dengan gugup aku menjawabnya,
“aku hanya mengiinkan satu yaitu kebahagian bertemu dengan adikku yang hilang.”
“Oh! Eh kita kelua yuk! Cari udara segar.” Ajak Putra.
Saat mereka berjalan di bawah sinar matahari yang terang mereka bertemu dengan
pengemis kecil. Mereka tidak sadar kalau pengemis itu adalah adiknya sendiri.
Keesokan harinya mereka bertemu pengemis yang kemarin lagi. Saat itu mereka
tidak sengaja menbrak pengemis kecil itu. Saat mereka membawanya ke rumah
sakit, pengemis itu hanya bisa menangis. Saat itu Rendy melihat suatu tanda
lahir yang sama seperti adiknya, Rendy yakin kalau itu adalah adiknya.
Keyakinanya semakin diperkuat dengan ditemukanya foto ibu kandungnya saat mereka
masih kecil. Saat itu Rendy pusing dan akhirnya pingsan ia tidak menyangka
bahwa doanya terkabul. Pada suatu hari ayahnya menelpon. Mereka mendengar kabar
bahwa ayahnya harus kembali lagi keluar negeri. Tapi sayang akhirnya Rendy dan
Putra harus berpisah lagi sebab, salah satu diantara mereka harus ikut ayah
mereka ke Kuala Lumpur.
***
Welcome To Kuala Lumpur
Keesokan harinya ayah mereka berangkat dengan berat hati Rendy melepaskan Putra
untuk pergi. Pesawat akan berangkat pukul 6 pagi sedangkan mereka telah tiba
sejak pukul 4 pagi. Disaat mereka harus berpisah suatu kabar menggembirakan
datang akhirnya mereka berdua boleh ikut. Ayah putra langsung mengurus paspor
dan tiket walau waktu tinggal 1,5 jam. “ayo cepat ayah!” kata ku
“ya
Rendy sabar, ayah sedang mengambil tiket” dengan terburu – buru ayah bergegas.
Saat naik pesawat Rendy merasa teringat akan seorang pengemis kecil yang ada di
rumah sakit. “Putra bagaimana pengemis kecil yang ada di rumah sakit saat ini?”
Rendy berbisik dengan suara yang semakin lama semakin pelan, Putra menjawab, “
tenang saja Ren, aku sudah suruh bibi untuk mengurusnya dan menempatkanya di
Pant Asuhan.” dengan tersenyum manis dia berkata. Tak lama kemudian ayah mereka
menawari sebungkus makanan ringan yang dibeli saat di bandara tadi pagi. Tiga
jam telah berlalu perjalanan tak terasa akhirnya mereka sampai juga di Kuala
Lumpur. Mereka langsung menuju apartemen milik ayah mereka. Untuk pertama
kalinya Rendy menginjakan kaki di negeri jiran ini. Sedangkan bagi Putra ia hanya
biasa sebab ia sudah terlalu sering pergi ke luar negeri.
Suatu pagi ayah memergoki Rendy sedang membaca buku di suatu perpustakaan. Ayah
sadar kalau sebenarnya Rendy ingin bersekolah lagi di Indonesia dan bertemu
teman – temanya. Ayah Rendy pun segera mencarikanya sekolah. “seminggu
lagi Rendy berulang tahun pasti jika aku mencarikanya sekolah dia akan sangat
senang!” gumam ayah.
***
Sekolah Baru
Hari ulang tahun pun tiba
ketika ayah mengajak Putra dan Rendy keluar untuk makan malam di sebuah rumah
makan Padang Putra Berbisik kepada ayahnya, “bagaimana ayah sudah dapat sekolah
untuk Rendy?” dengan lirih ayah menjawab, “sudah Insya Allah besok kalian sudah
bisa mulai bersekolah tenang saja”
“oke,
deh aku akan rahasiakan ini” dengan sedikit tertawa Putra menjawabnya.
Rendy menyela pembicaraan Ayah dan Putra, “Putra apa yang kalian bicarakan apa
semacam kejutan, atau aku terlihat memalukan gara – gara aku tidak dapat
menggunakan garpu dan pisau ini?”
“tenang
saja ini hanya semacam rahasia kecil kok!” Ayah menjawabnya dengan tersenyum .
Ketika seorang pelayan menghampiri mereka, pelayan menyodorkan berbagai macam
menu. Ternyata pelayan disini seperti pelayan di Indonesia ramah – ramah.
Karena ini Rumah Makan Padang Rendy memesan Telur rebus dan Rendang sedang
untuk minumanya Rendy hanya meminta segelas air hangat. Sedangkan Putra memesan
Rendang dan Sate ayam. Ayah pun segera membayar di kasir. Ketika ayah pergi ke
kasir ayah bertemu dengan teman kantornya. Mereka berbincang – bincang cukup
lama hingga waktu menunjukan pukul 21.00 malam. Aku pun belum mengantuk. Putra
memanggilku dan berbisik, “Rendy nanti kita jalankan suatu rahasia besar ya!”
Rendy hanya terdiam ia pun mengira jika rahasia tersebut ada sangkut pautnya
dengan hal yang dibicarakan tadi. Putra memanggilnya lagi, “Rendy!” Akhirnya
Rendy menjawab, “Oke deh ayo kita kembali ke apartemen ayah, aku sudah
mengantuk!”
“Rendy kamu tidur dulu ya! Aku ingin jalan – jalan dulu!” Putra berkata sambil
tertawa karena melihat Rendy yang sudah mulai mengantuk.
“Ayah
ayo kita ke toko buku untuk beli perlengkapan” ajak Putra sambil merogoh uang
yang ada di ransel kecilnya itu.
“baiklah,
apakah Rendy sudah tidur?” tanya ayah sambil melihat sekeliling.
“sudah
kok!” Jawab Putra
Ayah
segera berpamitan kepada temanya dan segera berangkat ke toko buku yang
letaknya hanya sekitar 10 meter dari restoran yang berada di apartemen itu.
Ketika semua buku telah terkumpul mereka segera kembali ke apartemen dan tidur.
Keesokan
harinya karena sekolah dimulai pukul 8 Putra segera mengajak Rendy berangkat.
Rendy terkejut sebab Putra mengajaknya memakai sepatu dan mengantarkan beberapa
buku pelajaran.
“Rendy,
Putra ayo cepat nanti telat lho sekolahnya” ayah berteriak
sehingga membuat seorang pembersih apartemen yang bertugas di kamar itu
termenung.
“Sekolah?”
tanya Rendy sambil bertanya – tanya.
“iya,
ini yang aku bicarakan sama ayah kemarin.” Jawab Putra Kegirangan
Rendy terlihat sangat senang.
Hari pertama sekolah mereka sangat senang sebab ternyata salah satu guru yang
mengajar di sekolah itu adalah guru mereka saat di Indonesia. Mereka juga
memiliki beberapa teman yang berasal dari Indonesia. Jam pertama dimulai saat
itu mereka memperkenalkan diri di depan kelas walau mereka hanya sekolah
sementara disana selama 3 tahun. Tetapi nilai rapor mereka akan diserahkan
kepada sekolah mereka di Indonesia. Saat jam pertama dimulai dengan pelajaran
bahasa Indonesia mereka senang sekali sebab hari itu membahas tentang Keindahan
Alam Indonesia. Kemudian waktu pelajaran pun habis dan dilanjutkan pelajaran
bahasa melayu. Waktu terus bergulir hingga menunjukan pukul 18.00 dan mereka
pun segera pulang.
“Rendy
ayo kita pulang” Putra berteriak karena tempat duduk mereka berjauhan.
“baiklah,
oh ya kapan kita jalankan rahasia yang kemarin” Rendy bertanya kembali.
“oh,
ya kalau hari minggu bagaimana?” Tanya Putra sambil menepuk pundak Rendy.
“iya,
deh tapi ini kan rahasia! Jadi gak boleh kasih tahu ayah ya?” Tambah Putra.
***
Rahasia Besar
Pada malam harinya Rendy mengajak Putra untuk berkeliling sejenak menikmati
udara malam. Ayah mereka mengajak mereka ke suatu Restourant seafood yang
terkenal di Kuala Lumpur. Rendy memesan kepiting bakar sedangkan Putra memesan
ikan kakap yang besar. Tak disangka mereka bertemu guru dari sekolah mereka di
Indonesia yang juga mengajar di sekolah bhineka. Mereka makan sambil berbincang
– bincang.
“Ibu,
kapan sih liburanya?” tanya Putra sambil tertawa.
“iya,
masak baru sekolah dua hari kok sudah minta libur sih! Kalau menurut liburan
semester liburanya sih bulan depan selama 2 minggu.” Ibu guru tersebut
melanjutkanya.
“Wah,
Putra kita bisa pulang ke Indonesia ya?” sahut Rendy.
“
Iya, tapi jalankan misi kita dulu ya!” bisik Putra lirih agar Ibu Rahmadan
tidak mendengarnya.
Ibu Rahma pun seakan ingin tahu apa yang mereka bicarakan tetapi mereka tidak
ingin memberitahu. Setelah selesai berbicang – bincang mereka pun segera pulang
dan tidur dengan terlelap. Jam menunjukan pukul 24.00 malam saat itu Rendy
tidak sengaja bangun sebab ia harus ke kamar kecil. Dengan tidak sengaja Rendy
melihat Putra sedang berjalan keluar kamar. Akhirnya Rendy mengikutinya,
setelah Putra sampai di suatu Tempat minum teh Rendy dengan tidak sengaja
melihat Putra membalik ruangan itu dan Rendy melihat ruangan yang berlapis
emas. Rendy pun hanya terdiam ia berpikir mungkin itu ada kaitanya dengan
rahasia yang akan ia jalankan pada hari minggu.
Sebenarnya Putra merasa ada yang mengikutinya, tetapi sesekali ia menengok
kebelakang tidak ada seorang pun yang ada di belakangnya. Sejak hari itu Putra
merasa tidak nyaman dan mulai keesokan harinya Putra sudah tidak berani untuk
pergi ke gudang emas itu. Padahal ia ingin sekali memecahkan misteri gudang itu.
Hari ini adalah hari sabtu Rendy pun sengaja untuk tidur agak malam, Rendy
berniat tidur setelah Putra tidur. Putra segera menuju kamarnya dan membaca
komik – komiknya. Rendy menuju ruang minum teh sendiri dan Putra pun
mengikutinya.
“Oh,
ternyata kamu Rendy yang sejak kemarin lusa mengikuti aku. Baiklah kau kan
pandai dapat membantuku untuk memecahkan misteri ini.” gumam Putra.
Hari minggu pagi yang cerah pun datang mereka segera menuju ke ruang minum teh
dan langsung memutar ruangan itu dan segera memasukinya. Ketika Rendy
menginjakan langkah pertamanya Putra menyarankan agar Rendy tidak menginjak
terlalu keras sebab suara itu dapat terdengar hingga dua lantai di bawahnya.
“Rendy
pelankan langkahmu!” Bujuk Putra.
“
Baiklah . . .” Jawab Rendy tersenyum kepada Putra.
“
Oke, sekarang kita berpencar! Aku ke kanan dan kamu ke kiri!” ajak putra seakan
tak sabar ingin segera mengetahui rahasia ruangan tersebut.
Ketika
Rendy hendak berbelok ke kiri, ia memanggil Putra.
“
Putra, lihat apa yang aku temukan!” teriak Rendy sambil mengambil barang
temuanya.
“
Apa Ren?” sahut Putra.
“Lihat,
sebentar aku akan membacanya.” Lanjut Rendy.
“
Sebentar disini aku juga menemukan benda aneh Ren!” Putra pun menepuk pundak
Rendy.
“
Ya sudah kamu dulu saja!” jawab Rendy.
“Ternyata
disini dulu adalah tempat tidur kakek nenekku saat mereka pergi ke Malaysia,
lihat saja namanya saja sudah jelas” Jelas Putra.
“
Pantas saja lihat ini berlian – berlian ini tertulis tanggal pernikahan mereka!”
Jawab Rendy sambil menunjukan berlian – berlian tersebut kepada Putra.
“Bagaimana
kalau ruangan ini kita beritahu ayah! Pasti beliau akan senang!” Ajak Putra.
Setelah Putra berbicara hal itu kemudian mereka mendengar langkah kaki yang tak
asing lagi bagi mereka yaitu langkah kaki ayah yang di iringi seorang petugas
pembersih kamar. Mereka segera berlari dan membawa beberapa berlian sebagai
tanda bukti.
“Ayah
tengok ini!” suruh Putra sambil menepuk pundak ayah.
“Alhamdulillah
akhirnya anak ayah sudah bisa tahu rahasia ruang minum teh itu” jawab ayah
sambil tersenyum kecil.
Mereka berdua kaget tak menyangka kalau ayah ternyata yang sengaja membuat
ruangan minum teh tersebut untuk menyimpan barang – barang peninggalan kakek
dan nenek mereka.
“
Ayah terus kita apakan harta ini?” Tanya Putra.
“
Itu kan warisan untuk kalian jadi ya terserah kalian mau kalian apakan?” ayah
pun tersenyum kembali.
Kemudian Rendy menangis karena ia mengingat kehidupanya yang dulu sekarang
telah berubah menjadi kehidupan yang serba ada.
“
Kenapa Rendy kok, kamu menangis?” tanya Putra Keheranan.
“
Gak apa – apa kok! Aku Cuma ingat kehidupanku dulu yang serba kekurangan
sekarang menjadi terpenuhi semua” tangis Rendy.
“
Ya sudah gak usah dipikirin lagi, oh! Ya aku juga minta maaf ya! Masalah dulu
aku suka jelek – jelekin kamu.” Jawab putra.
Mereka pun berpelukan dan berjanji akan selalu bersama lagi. Mereka juga janji
untuk selalu tolong – menolong. Setelah beberapa saat Rendy ingin sekali
bertelepon dan ingin mengetahui bagaimana kabar pengemis kecil itu.
“
Ayah, bulan depan kan kami liburan, bagaimana kalau kami pulang ke Indonesia 2
minggu saja kok!” tanya Rendy kepada ayah yang saat itu sedang membaca koran.
“
Hah? Apa kamu yakin Rendy? Putra?” sahut ayah kaget.
“
Ya, sudah gak apa – apa kok! Tapi maaf ayah gak bisa ikut sebab Ayah ada
pekerjaan. Bagaimana?” lanjut ayah sambil menutup koran harianya.
“
Ya sudah gak apa – apa kok ayah! Makasih ya! Oh, ya ayah Aku dan Rendy sudah
memutuskan bagaimana menggunakan berlian – berlian itu!” Putra menjawabnya.
“
Iya ayah, kami akan membangun panti asuhan untuk para anak yatim piatu, dan
kami juga akan membangun sekolah untuk para anak – anak yang kurang beruntung.”
Tambah Rendy.
“
Wah, anak – anak ayah ini jiwa sosialnya sudah tinggi ya?” Tanya ayah sambil
menggoda.
Ayah pun segera mengurus paspor dan membeli tiket di bandara, padahal
keberangkatan mereka sebenarnya masih satu bulan lagi. Mereka tidak sadar bahwa
bulan ini adalah bulan terakhir Rendy berada di Kuala Lumpur. Setelah mereka 6
bulan lebih disana.
***
Gadis Pembawa Kayu Bakar
Hari terus berlalu, akhirnya nilai rapor mereka akan segera dibagikan. Rendy
tak menyangka ia mendapat peringkat dua di sekolah itu, walau Putra hanya
mendapat peringkat lima tapi ia bangga dengan saudaranya tersebut. Karena libur
semester satu tinggal tiga minggu lagi, mereka tetap bersekolah seperti
biasanya. Para guru menawarkan Rendy untuk mengikuti sejumlah olimpiade yang
diselenggarakan pemerintah setempat. Rendy mengikutinya satu persatu dengan
lancar, walau pada akhirnya Rendy jatuh sakit. Padahal ia ingin sekali
mengikuti olimpiade matematika yang diadakan di Penang tersebut. Akhirnya guru
pun menggantikanya dengan peraih peringkat pertama di kelas sebelah. Rendy
sangat bangga dengan prestasi anak yang mendapat peringkat pertama di kelas
sebelah. Walau dia dipuja – puja para murid dan guru tetapi anak itu tidak sombong
dan congak. Rendy pun teringat akan teman sekolahnya dulu yang bernama Lukman
seorang yang angkuh dan congkak.
Lukman sebenarnya adalah anak orang kaya tetapi ia berpikir bahwa hidup ini
dapat diatasi dengan uang. Banyak teman sekolah Lukman tidak suka dengan sikap
Lukman, tetapi mereka terpaksa mengikuti perintah Lukman, karena mereka takut
akan dihajar atupun jahati Lukman. Lukman juga memiliki seorang pengawal
pribadi yang sebenanya sih kadang – kadang berani tapi juga
kadang – kadang malu – maluin karena biasanya dengan badan mereka yang besar
dan tinggi seperti atlit binaragawan mereka sering makan lima piring sekaligus
saat di kantin.
“
Hehehe. . . kalau ingat hal itu jadi kangen juga sama Lukman!” gumam Rendy
sambil tertawa kecil sendirian di depan Putra.
Walaupun Lukman anaknya nakal tapi juga bikin kangen, sebab ia sering melucu di
depan kelas dan didampingi pengawal – pengawal bertubuh besarnya.
“
Rendy, kamu kok malah melamun ada apa?” tanya Putra bertanya –
tanya.
“
Gak apa – apa kok ! Aku Cuma inget Lukman teman sekelas kita
yang paling bikin kesal anak – anak.” Rendy tersenyum kecil kepada Putra.
“
Aduh, gak usah ingat anak itu legi deh bikin ketawa sama makin
kesal saja!” Ucap Rendy sambil tersenyum sendirian.
“
Oke – oke, ayo aku ajak kamu keluar buat beli makanan kecil mau gak?” Ajak
Rendy memaksa.
“
Oke, ayo kita berangkat!” Jawab Putra bersemangat.
Merekapun segera pulang dan membeli makanan ringan untuk bekal besok minggu.
Mereka mengobrol dengan penuh keceriaan menunggu hari lusa, Dan tiba – tiba
mereka mendengar teriakan seorang gadis kecil yang menangis karena tersesat.
Rendy dan Putra pun membantu mencari kedua orang tuanya. Karena tidak kunjung
bertemu, mereka memutuskan untuk membawa anak kecil tersebut di kantor polisi. Ketika
sampai di kantor polisi gadis kecil itu menfitnah Rendy dan Putra yang
menculiknya. Padahal mereka tidak tahu apa – apa. Polisi pun langsung memanggil
ayah Rendy dan segera melaporkan perbuatan anaknya tersebut. Putra pun semakin
kesal dengan perbuatan gadis itu tetapi Rendy selalu menghalang – halangi agar
Putra tidak menghajar anak itu. Tak berselang lama ayah pun datang dan segera
bertanya kepada Rendy dan Putra.
“
Rendy, ayah percaya sama kamu, apakah kamu telah sengaja menculik bocah ini?”
tanya ayah serius.
“
Bukan, ayah!” Bela Putra.
Tanpa panjang lebar Rendy pun menjelaskan apa yang telah terjadi sebenarnya.
Ayah pun percaya, ayah segera bicara dengan polisi tersebut. Tetapi ayah masih
curiga terhadap orang tua dari anak tersebut, gadis dan orang tuanya segera
kabur. Sebenarnya tiga orang tersebut adalah seorang pencuri. Mereka ingin
mendapatkan uang dengan cara menipu ataupun menfitnah. Polisi tersebut segera
mengerahkan seluruh anggotanya untuk menangkap orang tersebut. Seluruh kota pun
mulai berhati – hati dalam menjaga anak – anaknya.
“
Ayah, kemana mereka kabur?” Tanya Putra setelah sampai di kamarnya.
“
Sudah – sudah tidak usah di bahas lagi sebaiknya kalian cepat tidur besok
segera pulang ke Indonesia.” Perintah ayah sambil menyalakan pendingin
ruanganya itu.
Mereka pun segera tidur tidak sengaja Rendy teringat dengan anak tersebut ia
selalu memikirkanya.
*Wait For The Novel