Translate

Rabu, 05 Oktober 2011

Suatu Harapan Kecilku

By ; Rizal Rahmanto ( @RR_WUW)
2011


   Setiap hari bagiku adalah hari yang menyenangkan, karena aku dapat  meluangkan hobi yang paling mudah. Kebanyakan orang mungkin sudah bisa menebak apa hobiku yang kulakukan setiap hari itu. Iya, hobiku adalah menulis. Sebagian orang merasa itu kegiatan paling membosankan. Tetapi bagiku itu adalah hal yang paling menyenangkan. Ini adalah kisah nyata tentang aku, hobiku, dan rasa sayangku kepada orang tuaku. Biasanya, Saat waktu – waktu kosong di rumah aku selalu berpikir , “hmmb, apa yang akan kutulis lagi ya?” gumamku sendirian. Di rumah Aku juga telah memiliki 5 karya tulis buatanku sendiri yang bisa disebut novel. Aku selalu meminta kepada orang tuaku untuk membukukan novel – novel ku. Aku ingin membagi rasa kebahagian apabila novel – novelku dibukukan kepada kedua orang tuaku. Aku ingin membahagiakan mereka, seperti mereka membahagiakan aku.  Mungkin harapan kecilku itu sebagai tanda atau sebuah balas budi, karena bila tiada kedua orang tuaku aku mungkin tidak bisa menulis kisahku ini.
   Suatu hari guruku bahasa Indonesia mengumumkan, bahwa ada sebuah lomba karya tulis. Aku berpikir lomba tersebut mungkin suatu peluang besar bagiku untuk cepat bisa membahagiakan orang tuaku. Walaupun aku tahu banyak orang yang lebih baik dariku di luar sana. Saat guruku mengumumkan hadiah untuk juara pertama dalam lomba tersebut, aku bicara kepada teman dibelakangku, “Mudah – mudahan hadiahnya umroh sekeluarga!” harapanku. Ternyata itu hanya impianku. Sebenarnya aku ingin membahagiakan orang tuaku dengan mengajaknya umroh atau berhaji bersama. Setiap aku berdoa kepada Tuhanku, aku selalu meminta agar kami segera berangkat umroh bersama. Orang tuaku selalu berharap banyak dariku. Aku menyayangi mereka seperti mereka menyayangiku. Ternyata Hadiah untuk lomba tersebut adalah jalan – jalan ke Singapura 4 hari 3 malam. Setelah itu guruku mengumumkan bahwa, “Jika karyanya masuk 30 terbaik, hasil karyanya dapat di terbitkan di penerbit nasional.” Aku sangat senang sebab bila aku dapat masuk 30 terbaik, itu berarti aku sudah dapat membahagiakan kedua orang tuaku. Semoga bila aku mengikuti lomba ini, aku dapat membukukan hasil karyaku ini. Aku tidak berharap untuk memenangkan juara pertamanya. Tapi aku Cuma berharap agar hasil karyaku dapat masuk  30 terbaik sehingga dapat dibukukan. Ini seperti sebuah harapan. Atau mimpi – mimpi indahku.
*Wait For Novel From The Short Story*

Selasa, 16 Agustus 2011

Aku Membenci Cintamu

Aku Membenci Cintamu


BY; Rizal Rahmanto ( @RR_WUW )
2011

                                                          Sahabatku Indah
    Hari Rabu dan Kamis adalah hari untuk kursus Piano di salah satu pianis terkenal di Jakarta. “Hmmb, naik mobil aja deh!” gumamku. Tiba – tiba , “Fany, ayo cepat keluar!” suara dari balik pintu itu. “Iya, Ma!” Jawabku. Tak berselang lama aku segera menuju pintu kamar yang jaraknya sekitar 3 meter dari tempat tidurku. Ketika sampai depan pintu, tiba -  tiba pintu terbuka dan aku pun terkena pintu tersebut. “aduh! Mama buka pintu tutupnya yang rapat dong!” Teriakku sambil mengelus – elus dahiku.
   “Pak! Nanti lurus habis itu mapir sebentar ke rumah Indah ya!” Pintaku kepada Pak Wenda. “Baik!” Jawabnya halus. Saat perjalanan aku hanya memainkan BB ku yang baru. Terkadang juga aku membayangkan apa yang terjadi nanti. Tak sampai 5 menit aku melihat rumah Indah yang bersebelahan dengan supermarket. Indah telah menungguku, ia terlihat sangat gembira hari ini seperti mendapat durian runtuh. “Eh, kamu kok senyum – senyum sih?” Tanyaku mulai pembicaraan. “E-enggak apa – apa kok! Cuma . . .” Jawabnya. “apa?” Tanyaku kembali. “Tadi, aku habis ketemu sama anak laki – laki. Dia baik banget. Sepertinya aku suka sama dia.” Lanjut perempuan berjaket biru yang baru ia beli dari Perancis tersebut. “Oh! Kamu tahu ndak? Kamu sudah bilang itu ke aku sampai 15 kali. Terus mesti dengan orang yang berbeda! Hahahaha!” Jawabku sambil tertawa. “Gak Tuh! Kamu salah hitung yang betul itu 16 kali! Hehe” Jawabnya
  Pembicaraan tersebut tak terasa menghabiskan waktu 20 menit. Ketika kami sampai di tempat kursus aku melihat seorang anak laki – laki berkacamata hitam sedang duduk di dekat mobil yang sedang mempermainkan handphone nya. Aku ingin menghampirinya, tapi ternyata kami harus segera masuk dalam tempat kursus. “Indah, Fany!” Vanida memanggilku dengan mengetuk mobilku. “Ayo! Cepat kalian turun, Pak Wenda mau segera jemput nenek kamu dari Jogja.” Pak Wenda memberitahuku. “Iya!” Jawabku dan Indah bersamaan. Kami pun segera keluar dan berjalan bersama Vanida masuk kelas.
   Setelah kami duduk di dalam kelas, ruangan itu terasa panas walaupun telah diberi 3 pendingin ruangan. Aku tidak tahu kenapa. “Ih, panas amat sih?” Tanyaku pada Vanida. “Kamu pasti ngayal deh! Orang ini malah aku pakai jaket kok panas!” Jawabnya tenang. “Huh, masak sih? Kok aku merasa panas ya?” Tanyaku kembali. “E .” Sebelum Vanida mulai pembicaraan tiba – tiba guru kami datang. Hari ini aku mendapat urutan ke 10 untuk latihan. Ruang kelas kami tidak seperti biasa. Tempatnya sangat luas seperti gedung bioskop. Bahkan tempat kursus kami pun berada pada tanah sekitar 8 hektar. Aku memang memilih ruang kelas VIP Walaupun Aku beda kelas dengan Indah sahabatku, tapi aku tidak kesepian. Satu anak dalam kelas kami pun jumlahnya ada 15. Paling sedikit daripada kelas reguler biasa yang jumlah satu kelasnya mencapai sekitar 30 orang dan kelas VVIP yang mencapai 19 orang. Tempa kursus piano ku ini memang memiliki murid yang banyak mencapai 100 orang dan 5 kelas.
...
  Setelah pukul 19.00 tepat, kami pun segera pulang. Karena tidak ada yang menjemput kami, akhirnya kami harus pulang dengan taksi. Aku pun menelpon taksi tersebut. Setelah menelpon, tiba – tiba aku melihat taksi datang. “Haduh! Rugi pulsa dong!” keluhku. Aku pun segera masuk dan memainkan BB ku kembali. Aku sampai rumah tepat pukul 19.30. aku segera menghampiri nenekku yang baru datang dari Jogja. Aku memeluknya erat – erat. “Ayo! Kamu Masuk kamar dulu!” Tiba – tiba terdengar suara dari belakang. Tidak lain dan tidak bukan ia adalah kakekku. Karena saat ini kakek sedang terserang penyakit kulit, aku tidak boleh mendekatinya terlalu dekat. Aku harus tetap menjaga jarak. Penyakit kakek tersebut, termasuk penyakit keturunan. Beliau mendapatkanya dari kakeknya.
  Sampailah aku di kamarku yang nyaman. Aku pun segera membuka laptopku dan membuka Facebook dan Twitterku. Belum ada 10 detik aku membuka Facebook tiba – tiba ada yang mengajak ngobrol aku. Dia adalah Panji teman ku di sekolah. Dia orangnya baik. Aku juga pernah suka sama dia tapi itu dulu. Aku sudah lelah menunggunya.  Aku harap dia menyukaiku.












   Karena Bendara off akhirnya aku juga ikut off. Tapi tiba – tiba Indah datang ke rumahku untuk bertanya PR dan mengerjakanya bersama. Ia pun segera masuk kedalam kamarku. Saat itu Indah diantar oleh mama ku yang saat itu baru saja memasak untuk makan malam kami sekeluarga.
“Hi, apa kabar?” Tanya Indah Padaku sambil menaruh ranselnya ke sofa yang berada di kamarku. “Ehmmb, tumben amat? Oh, ya! Kamu tadi online ya? Maaf aku gak bisa jawab obrolanmu! Hehe” Tambahku. Kami pun segera menuju ruang belajarku.
   Waktu terus berjalan, tak sadar sudah menunjukan pukul 20.00. kami segera mengemasi barang – barang kami dan menuju kamarku. “aku mau curhat!” Pinta Indah kepadaku. “Apa sahabatku?” Jawabku. “ dia ternyata bernama Panji.” Indah mulai curhatanya. “Hah? Kamu tahu gak Panji itu orang yang paling aku suka. Aku saja sudah menunggunya hingga 1 tahun sejak kelas 9 SMP bentakku. “Tapi, aku suka sama dia. Aku gak mau pisah sama dia. Hidupku ada padanya.” Tambah Indah. “Huh! Kalau gitu mulai saat ini kita putus persahabatan. Aku gak mau punya sahabat yang telah menghancurkan hati ku sendiri.” Tambahku sambil menunjuk pintu dan seraya mengusirnya keluar. “Baiklah aku kalau itu yang kamu mau aku akan lakukan untukmu. Aku gak mau kita putus persahabatan Cuma karena ini.” Jawabnya Halus.
   Keesokan harinya aku biasa saja, walaupun aku pisah dengan Indah. Tapi anehnya hari ini Indah tidak masuk. Aku hanya mengira kalau itu karena Indah takut dengan Guru yang akan mengajar hari ini. “hmmb” Gumamku. Setelah seminggu aku bertanya – tanya mengapa Indah jarang masuk. Aku pun tanya kepada Vanida, “kamu tahu dimana Indah?” Tanyaku. “aku kemarin waktu ke rumah sakit ketika akan menjenguk Pamanku, aku lihat Ibunya Indah sedang duduk – duduk sambil memikirkan sesuatu. Kayaknya ibunya lagi cemas.” Jawabnya panjang lebar. “Hah? Nanti kamu harus ajak aku ke rumah sakit itu!” pintaku sambil membujuk Vanida. “Oke!” Jawabnya bersemangat.
   Akhirnya kami sampai juga di rumah sakit tersebut. Ketika aku bertanya dimana ruangan yang dihuni oleh pasien bernama Vanida, ibunya Vanida mengampiri kami. Sepertinya ia menangis karena habis kehilangan sesuatu yang bermakna. “Ibu, ada apa?” Tanyaku. “I-I-ndah!” jawab beliau tersendak – sendak. “apa?” aku pun juga mulai meneteskan air mata. “Dia meninggalkan kita semua selamanya. Dia mengidap Kanker Hati.” Jawabnya. Aku segera berlari menuju kamar Indah. “Indaaaaah . . .! maafin aku, aku gak bisa menjagamu. Aku sayang kamu. Kamu sahabatku tempat teridahku. ” Tangisku semakin keras.
   Ketika hari pemakaman Indah aku mengiringinya, tapi aku tak bisa jauh dari nisannya. Aku merindukanya. “Ini! Indah menitipkan ini untukmu.” Ibunya Indah pun menyodorkon buku hari Indah dengan perasaan lega karena telah memberikan amanatnya kepadaku. Aku tetap memiliki perasaan menyesal sedalam – dalamnya.
Kenangan Indahku
   Seminggu telah berlalu, aku masih teringat tentang Indah. Saat ini tidak ada lagi yang mengajakku bermain tenis, saat malam tidak ada lagi yang menemaniku untuk belajar bersama, tidak ada lagi yang menemaniku melamun di jendela kamar seperti yang aku lakukan saat ini, dan yang terpenting tidak ada lagi yang menemaniku saat kursus piano. Kelas VVIP pun mulai sepi sejak kepergian Indah. Hari ini adalah hari rabu, aku ingin sekali pergi kursus piano tapi terasa malas sekali. “Fany, ayo kamu berangkat kursus.” Nenek memanggilku. “Baiklah Nek!” Jawabku sambil berdiri berpindah tempat dari jendela kamar menuju pelukan nenek yang hangat. “Kamu yang sabar ya!” Bujuk nenek menghiburku.
   Ketika aku sampai di jalan dekat supermarket, aku melihat sekilas Indah masih menungguku. Aku menyuruh Pak Wenda untuk mundur. “Sabar ya dek!” Bujuk Pak Wenda. “Mungkin itu halusinasiku saja.” Jawabku. Tak terasa aku menangis membasahi kursi mobilku. Ketika aku sampai tempat kursus, aku lagi – lagi melihat laki – laki itu. Ketika aku berjalan menuju kelas aku tak sengaja mendengar anak – anak kelas reguler memperbincangkan tentang Indah. “Eh, tahu gak kelasku sekarang jadi sepi?. Biasanya Indah bermain piano dengan merdunya di depan kita semua.” Tanya seorang pria kecil kepada teman seusianya.
   Setelah pulang aku hanya ingin tidur saja dan setelah itu tidak akan melakukan kegiatan apa pun.
...
*Wit For The Novel

Sekolah Ke Suriname


By : Rizal Rahmanto ( @RR_WUW )
 ByBy
  2011
    

                                                                          Kabar Terindah

     Di suatu pagi aku mendengar kabar yang baik dari sekolah. Sekolah akan mengirim 15 anak untuk mengikuti pertukaran pelajar di Suriname aku senang sekali. Namaku Irawan biasa di panggil Ira, nama sekolah ku ialah SD Tunas Karya. Ku menantikan segera hari sabtu sebab hari sabtu aku akan berangkat ke Suriname bersama Ibuku. Aku di Suriname selama satu bulan Karena di Suriname juga memakai bahasa jawa aku bersyukur sebab aku juga bisa sedikit – sedikit memahami bahasa itu. Hari sabtu pagi yang ku tunggu akhirnya datang aku segera mempersiapkan baju – baju ku tak lupa ku juga membawa handphone, komik, novel, Ipod, dan beberapa buku pelajaran. Aku berangkat ke airport pukul 08.00 padahal pesawat akan berangkat pukul 12.00. Dalam perjalanan adiku Tiar selalu mewawancaraiku. Dia juga meminta oleh – oleh. Sesampainya di Bandara aku sudah bertemu ibu dan bapak guru yang mengikuti kamu ke Surinama dan beberapa temanku. Tiga jam berlalu aku akan segera meninggalkan Indonesia satu jam lagi. Dalam hati aku bicara, “selamat tinggal Indonesia aku akan meninggalkanmu untuk beberapa waktu.” Setelah beberapa saat aku baru ingat jika paspor ku ketinggalan dirumah, sedangkan perjalan dari rumah ke airport ialah ½ jam. Aku sangat bingung ketika itu pula aku mendapat kabar bahwa penerbangan pesawat menuju Suriname di cancel hingga pukul 16.00, sebab cuaca yang tidak memungkinkan untuk melakukan penerbangan. kesempatan itu tak kusia – siakan aku segera pulang dan cepat mengambil pasporku yang ketinggalan. Sesampainya di rumah ayah sepertinya sudah mengetahui kedatanganku dan segera berkata,”pasti kau kemari untuk mengambil ini kan?” ayah bertanya dengan tersenyum manis. “iya ayah terimakasih” dengan malu aku menjawabnya. “makanya lain kali di ingat – ingat ayo cepat berangkat ini sudah pukul 13.00, apa kamu sudah membeli makanan ringan? Ini ayah pinjami kartu kredit selama kamu ke Suriname.” Aku tersenyum puas, akhirnya ayah juga ikut kami ke airport selama perjalanan hujan lebat terjadi aku takut jika penebangan ditunda. Sesampainya di sebuah supermarket aku segera membeli beberapa makanan kesukaanku setelah itu aku segera melaksanakan shalat zuhur dan asar. Aku segera melanjutkan perjalanan ke airport, akhirnya hujan telah berhenti dan cuaca kembali terang. Ternyata aku sampai di bandara pukul 15.30 dan teman – temanku sudah menaiki pesawat. Kami berpamitan dengan ayah dan Tiar.
......
Welcome To Suriname
     Setelah sekitar 15 jam perjalanan akhirnya aku sampai juga di Suriname tepatnya di Paramaribo, Suriname. Ketika sampai kami segera menuju sekolah kami aku bertanya – tanya dalam hatiku , “ini kan masih hari minggu kok sekolah ya?” Hmmb . . . aku menggumam sendirian.
     Alangkah terkejutnya aku ternyata kami tidak menginap di hotel melainkan di asrama. Bagiku asrama ini seperti hotel bintang 5 sebab fasilitasnya seperti apartemen milik ayah di Jakarta hehehehe. Kepala sekolah menyuruh kami untuk berjalan – jalan keliling kota. Ibuku teringat saat ia terakhir datang ke Suriname. Ibuku juga punya teman yang tinggal di Suriname, katanya sih dulu lahirku di Suriname. Karena aku orang Jawa aku dapat dengan lancar bercakap – cakap dengan warga Suriname sebab dulu orang – orang Suriname berasal dari Jawa.  “sugeng enjing(selamat pagi)!” salah seorang warga Suriname menyapaku. Aku pun menjawabnya. “Sampeyan badhe tindak pundi?(Kamu akan pergi kemana?)” orang tersebut bertanya lagi sebenarnya dia adalah penjaga sekolah ini dan aku pun menjawabnya,” kula badhe datheng dalemipun kanca kula!(saya akan ke rumah teman saya!). Dalam hatiku bergumam,”ku rasa budaya jawa disini masih dipertahankan hmmb”. Saat aku mulai keluar dari sekolah aku tertarik untuk melihat – lihat musium sejarah di Suriname. Tak terasa hari mulai gelap dan aku juga lupa tentang berkunjung ke rumah teman mamaku.
     Aku mulai tidur pukul 20.00 karena sepertinya ini sudah pukul 24.00 malam. Padahal biasanya di rumah aku tidur pukul 23.00 hehehe. Pagi – pagi sekali aku bangun aku bangun dengan senang sebab aku akan segera bersekolah. Ternyata di Suriname aku bukan belajar seperti sekolah biasa aku disini belajar tentang kebudayaan jawa dan tegnologi – tegnologi canggih.
.....
*Wait For The Novel

Suatu Hari Nanti



by : Rizal Rahmanto ( @RR_WUW )

2011

          "Keangkuhan Tak Akan Membuahkan Hasil"
     Disuatu sore ketika Rose berjalan – jalan mengelilingi kota ia bertemu dengan pengemis kecil anak bernama Kasih. Dia tidak memperdulikanya di saat Kasih meminta sedikit sumbangan Rose tidak menghiraukan ia pun menendang Kasih dengan sombong,”enak saja saya kerja setiap hari, hanya untuk kasih kamu uang.” Dengan suara keras ia berkata sedemikian. Keesokan harinya ia mendapat sesuatu yang tidak terduga, ia mendapatkan sekarung emas di depan rumahnya. Dia tidak tahu dimana emas itu berasal. Kabar Rose mendapatkan emas tersebar di pelosok kota. Ia pun menjadi orang terkaya di kotanya. Tetapi dengan emas itu ia semakin sombong, bahkan dia telah memilik 7 budak di rumahnya. Budak – budak itu sebenarnya adalah adik – adiknya sendiri tapi ia tidak mengetahui itu. Di waktu sore hari ada seorang pengemis tua yang lumpuh, ia berharap meminta sedekah pada Rose tetapi, Rose menghiraukanya saja ia pun berani menendangnya. Keesokan harinya terjadi sebuah gempa yang dahsyat rumah Rose tidak rubuh, tetapi rumah – rumah disekitarnya hampir rata dengan tanah. Para tetangga Rose meminta ijin agar diberitempat menginap. Rose mengijinkanya tetapi mereka ditempatkan di kandang kambing milik Rose. Akhirnya satu tahun berlalu Rose pun mulai memiliki akal untuk memperbudak tetangganya sendiri. Sebenarnya Rose adalah anak seorang raja ia memiliki nama Kanjeng putri rose mangkubuwana pakualaman. Dia adalah anak seorang raja bernama Raden mas sri pukubuwana III. Tetapi ia dibuang oleh selir ayahnya karena selir ayahnya tidak segera diangkat ayah Rose sebagai permaisurinya. Rose pun ditemukan oleh seorang rentenir. Ia sering dididik ibu tirinya berbuat kasar. Akhirnya ia mengikutinya, ia tumbuh menjadi anak yang cerewet, pemarah, sombong, dan jahat. 10 tahun berlalu Rose bertemu dengan Kasih ia pun juga berinisiatif menjadikan Kasih budak. Kasih sebenarnya adalah pengawal ayah Rose. Ia menjalankan tugas besar yaitu mencari Rose. Ayahnya sering sakit – sakitan. Tetapi sebenarnya Kasih adalah seorang budak, dulu kakek Rose, Raden mas sri pukubuwana II bersumpah,”bahwa jika ada seorang anak menjatuhkan piring cermin maka para budak kerajaan harus dibebaskan dari perbudakan.” Ternyata Rose yang menyelamatkan itu sebabnya mengapa Kasih bersedia menjalani tugas yang besar ini. Kemudian Kasih pun kembali ke keratonya ia memberitahukan bahwa anak Raden mas sri pukubuwana III telah kembali. Ia membawa beberapa pengawal kerajaan untuk membawa paksa Rose untuk kembali.
.........
Selamat Datang Rose
    Para pengawal itu berpura – pura menjadi pengemis tua karena hanya pengawal – pengawal itu yang mengetahui apakah benar itu Rose yang mereka cari. Saat para pengawal itu di depan rumah Rose para pengawal terkejut karena melihat kelakuan Rose yang dulu baik sekarang menjadi seorang yang congak. Para pengawal itu diperlakukan dengan semena – mena. Rose pun menendang mereka. Akhirnya Kasih mengingatkan sesuatu benda yang Rose suka dimasa kecil benda itu adalah seutas tali persahabatan antara Rose dan Kasih. Rose ingat dengan benda itu, dia masih heran sebab tali itu dulu telah dibuang oleh Kasih. Kasih menceritakan hal yang sebenarnya. Ternyata tali yang dibuang saat mereka bermusuhan dulu adalah tali yang palsu. Karena Kasih percaya Tuhan selalu adil, pasti Rose akan kembali. Akhirnya Kasih membawa Rose kembali ke Keraton, Rose pun membebaskan para budaknya. Ketika sampai di keraton, ia melihat nenek tua yang pernah ia tendang dulu. Ternyata nenek itu adalah seorang abdi dalam keraton ia berpura – pura menjadi pengemis untuk mencari Rose. Ayah Rose pun segera menikahkan anaknya dengan seorang pangeran di negeri sebrang bernama Sri pakubuwana VII. Rose pun menjadi seorang ratu di keratonya dan suaminya menjadi seorang raja di keratonya. Gelar rose pun naik menjadi Kanjeng gusti putri Rose pakuningratan. Dan dia telah memiliki 7 anak bernama Kanjeng putri rose mangkubuwana pakualaman II, Raden mas sri pukubuwana III, Raden mas sri pukubuwana IV, sri kasultanan V, Raden mas sri pakubuwana VI, Raden mas sri pukubuwana VII, Raden mas sri pukubuwana VIII, Sri kasultanan VI. Anak- anak Rose memimpin wilayahnya dengan bijaksana. Bahkan mereka mengatur wilayahnya dengan syariat hukum agama mereka. Walaupun bersaudara mereka memiliki agama yang berbeda. Mereka telah menyetujui beberapa hukuman mati seperti hukum gantung, hukum tembak, hukum bakar, dan hukum cambuk. Mereka memiliki prinsip,“Tuhan selalu adil, yang bersalah pastilah salah yang tidak bersalah tidak akan mendapat karma.” Dengan hidup semboyan itu mereka mengerti bahwa setiap manusia akan mengalami suatu kelahiran, hidup, dan kematian. Karena mereka hidup dalam suatu kegembiraan akan tetapi mereka selalu ingat kalau mereka lahir tanpa apa – apa jadi mereka selalu melakukan hal – hal yang berguna saja bagi kehidupan seperti halnya beribadah, membantu fakir miskin dan anak yatim piatu, dan mengembangkan seni dan budaya.
.........
Janji Suci
        Saat Rose melakukan suatu perjalan Rose bertemu dengan seorang anak kecil hanya saja ia belum bisa melupakan bagaimana rasa perih yang di alaminya saat ia dicuri oleh ibu tirinya yang kejam. Rose yakin bahwa jikalau suatu hari nanti ia akan merasakan bagaimana susahnya hidup ini. Saat pulang Rose masih tidak mengerti mengapa dulu ia harus dicuri oleh seorang rentinir tersebut. Tapi saat malam Rose baru menyadari bahwa ia tidak akan pernah bisa merasakan hidup susah , tapi karena janji tersebut akhirnya Rose mancari anak jalanan tersebut dan segera membawa pulang ke Keratonya. Keluarganya menyambut gembira bahkan sekarang mereka senang dengan kehadiran anak tersebut. Sedangkan bagi Raden mas sri pukubuwana V ia akhirnya menjadi seorang brahmana dan kastanya naik menjadi brahmana. Ia seorang penganut hindu yang tekun setiap 1 minggu sekali ia sering ke pura untuk beribadah dan berdoa kepada hyangwidhi. Di suatu malam ia berimpi bahwa akan ada seorang anak yang lahir dari kasta kesatria. Walau anak itu terlahir dari seorang pengemis tua. Ternyata itu bukan hanya suatu mimipi itu suatu kenyataan, sebab seorang tabib keraton yang pandai meramal ia mengatakan bahwa suatu saat nanti anak tersebut akan memimpin kerajaan. Akhirnya dengan tekat yang berani ia mencari anak tersebut, sebab ia butuh seorang pemimpin untuk memimpin rakyat di suatu kerajaan yang ramai. Kerajaan tersebut bernama kerajaan Negeri lor yang berarti negri negeri utara negri yang padat akan perdaganganya. Pada suatu hari di sebuah hutan yang sunyi ditemani burung – burung kecil yang berkicau ria ia bertemu dengan seorang anak kecil. Sebenarnya ia tidak sadar bahwa anak yang dibawa Rose tersebut yang dimaksud tabib tersebut. Raden mas sri pukubuwana V mengira bahwa anak kecil yang ia temukan di hutan adalah anak yang ada di dalam mimipinya. Akan tetapi sebenarnya anak tersebut ialah budak dari negri kidul. Budak tersebut diperintah raja untuk memata – matai kerajan Raden mas sri pukubuwana V. Sebenarnya dulu budak itu adalah abdi dalem keraton Raden mas sri pukubuwana V. Karena hanya ingin uang dan koin emas akhirnya budak itu bekerja pada kerajaan negri kidul yaitu kerajaan yang kacau, tetapi memiliki suatu hati yang tulus untuk membantu sesama (maksudnya sekutu kerajaanya) seperti kerajaan jenggala, kerajaan hamunada, dan kerajaan anglipayan. Awal permusuhan mereka dimulai ketika dihari sabtu wage hanya karena perbedaan pendapat mereka berseteru dan akhirnya bermusuhan. Karena mereka sekarang bermusuhan akhirnya mereka saling berperang. Pertempuran tersebut sebenarnya telah berakhir 25 tahun yang lalu. Tapi sekutu kerajaan Negeri Kidul yaitu Kerajaan Hamunda, ingin memperluas kerajaanya. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang Hamunda V. Sebenarnya Renternir yang menculik Rose adalah suruhan dari kerajaan Hamunda. Karena budak tersebut terlena dengan hasil kerajaan yang melimpah akhirnya Budak tersebut berpindah pada kerajaanya Rose. Pada hari Jum’at, ketika Raden mas sri pukubuwana melaksanakan Shalat jum’at terdengar suatu kabar bahwa perang akan segera dimulai kembali.
.......
Perang Mulai
    Akhirnya ketika sholat selesai , Raden mas sri pukubuwana memanggil saudara – saudaranya yang berada di Gereja dan Vihara untuk segera pulang. Ketika sampai di rumah mereka mengetahui bahwa Rose telah terbunuh. Mereka segera memakamkan Rose dan mulai berperang. Saat hari mulai gelap mereka langsung meninggalkan keraton dan menuju ke suatu gudang untuk bersembunyi dari kejaran para tentara sekutu. Karena sekutu semakin banyak ayah Rose segera mengambil keris pusaka pemberian kakek buyut mereka. Mereka menusuk keris terhadap pasukan – pasukan yang ada.
   Hari sudah mulai gelap mereka segera mencari penginapan di dekat hutan – hutan mereka memilih untuk menginap di Ibu Kota sebab di Ibu Kota tidak boleh berperang. Setelah sehari mereka tinggal di Kota mereka kembali lagi dalam perjalanan mereka bertemu dengan seorang pemuda tampan bernama Rakya. Rakya bersedia mengikuti mereka selama perang. Setelah 2 jam perjalanan menggunakan kereta kencana mereka sampailah di suatu lembah. Karena suatu keadaan Raden mas sri pukubuwana V menitipkan semua barangnya kepada Rakya. Rakya pun segera berlari ke hutan untuk mencari buah dan membawa beberapa barang – barang Raden mas sri pukubuwana V. Rakya tidak akan kabur, ia hanya ingin mencari buah untuk persedian makanan selama satu hari ini. Ketika malam tiba Raden mas sri pukubuwana V beserta keluarganya mengadakan rapat dengan Hamunda V mereka menyetujui untuk berdamai. Akhirnya perang usai, karena Rakya berlari dan mengira jika perang semakin besar ia pun meninggalkan secarik kertas yang isinya perohonan maaf karena telah meninggalkan tugas demi dirinya sendiri. Setelah membaca surat tersebut Raden mas sri pukubuwana V, kaget dan langsung mencarinya kemana – mana padahal jika Rakya ketemu ia akan dihadiahkan menjadi asisten Raden mas sri pukubuwana V. Lima tahun pun berlalu Raden mas sri pukubuwana V beserta saudaranya telah menikah mereka memiliki beberapa anak walau anak – anak mereka agamanya mengikuti agama orang tuanya.
    Setelah anak – anak tersebut tumbuh menjadi anak kecil yang lucu – lucu mereka senang sekali sebab di tahun mereka lahir perang telah usai.
........
Kejujuran Yang Berarti
Di suatu hari yang cerah anak – anak tersebut bermain – main di hutan mereka bertemu dengan seorang pemuda di hutan pemuda tersebut sebenarnya adalah Rakya. Karena mereka belum saling kenal anak – anak tersebut pun berkenalan dengan pemuda tersebut. Rakya pun juga mengajari mereka mengatur siasat perang. Anak – anak tersbebut memberi tahu bahwa perang telah usai 12 tahun yang lalu. Akhirnya rakya pun di bawa ke keraton, sesuai janji Raden mas sri pukubuwana V, Rakya akan diangkat menjadi asistenya.
   Saat di keraton Rakya bertemu dengan adiknya, sebenarnya adiknya adalah pengemis kecil yang diketemukan Rose di jalanan. Raden mas sri pukubuwana V tidak menyadari kalau mereka ternyata adalah saudara. Tak berselang beberapa hari Rakya kabur dengan adiknya dari keraton tersebut, ia hanya meninggalkan sepucuk surat yang berisi,
   “ Maafkan kami, kami telah merepotkan keluarga keraton. Kami hanya ingin hidup sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Saya juga membawa adik saya untuk pulang. Tenang saja kami tidak mencuri barang – barang yang ada di keraton.”
   Setelah membaca surat itu keluarga keraton menangis melihat kejujuran seorang pemuda itu. Mereka membiarkan Rakya pergi karena mereka yakin kalau itu yang terbaik untuknya. Hari semakin larut malam. Mereka segera melakukan aktivitas – aktivitas sehari – harinya. Hari berlangsung cepat bagai buah yang akan jatuh dari pohonya. Buah itu menggantung ingin cepat jatuh. Itulah hari dimana Rakya harus pergi.
  “Minggu depan adalah pelantikan putra mahkota. Anak sulung Raden mas sri pukubuwana V, yaitu B.R.M. Duspita.” Kabar dari seorang Putra raja. “baiklah! Dia adalah pewaris kerajaan ini. Undang semua anggota kerajaan!” Perintah Baginda.
...
“hahahahaha!” seorang abdi dalem berteriak sekenang mungkin karena ia melihat seekor tikus di belakangnya. “Apa?” seorang abdi dalem lain bertanya.”Hmmb” Gerutunya.
...
*Wait The Novel



Tiga Hati & Dua Dunia



By : Rizal Rahmanto

29/05/2011


                               Kenyataan Pahit
      Aku berjalan menyusuri ibu kota, menghela nafas panjang untuk segera beristirahat di pinggir jalan, bertemu dengan seorang gadis cantik. Dengan penuh harap aku ingin berkenalan tapi ia tidak menghiraukanku. Aku diam saja saat ia bergerak aku memperhatikanya, aku bertanya dalam hati ku apakah dia orang yang aku cari untuk menggantikanya tapi dia selalu menghindar dariku. Sungguh malu aku, aku berharap dia bertanya siapakah aku. Tapi itu hanyalah mimipi siang bolongku saja. Saat malam tiba aku pulang ke rumah, tak ku sangka dia ada di rumahku. Aku semakin ragu saat ayah memanggilku ia baru tahu kalau namaku itu adalah Arya. Ia mengajaku untuk pergi ke kolam dia mengitakanku bahwa dia itu siapa. Akhirnya aku tahu kalau sebenarnya aku adalah teman sekolahnya saat di bangku SD. Aku mulai bertanya padanya,”apakah kamu sudah memiliki seorang kekasih?” ia menjawab,“sudah.” Dia balik bertanya padaku aku juga menjawabnya sudah. Aku menjawab jujur bahwa aku memiliki kekasih yang bernama Anita. Crista heran saat Arya menyebut nama Anita. Crista tidak memberitahu bahwa Anita adalah kembaranya. Pukul 22.00 pun tiba Crista pun pulang bersama orang tuanya. Ia tidak menceritakan bahwa Anita telah wafat, karena penyakit jantungnya. Keesokan harinya Crista pergi ke rumah Arya, ia membawa Arya ke makam Anita. Arya tidak percaya bahwa kekasihnya telah meninggal 1 bulan yang lalu. Pantas saja sejak 1 bulan yang lalu tidak ada kabar tentang Anita. Crista sebenarnya suka terhadap Arya. Tapi ia hanya memendam perasaanya. Arya tetap tidak percaya. Pada suatu malam Arya bermimpi tentang Anita, ia bermimpi bahwa Anita masih hidup ia akan selalu hidup dalam hati Arya. Saat Arya menceritakan apa yang dia mimipikan tadi malam terhadap Crista, Crista semakin menangis sebab ia masih tidak percaya bahwa Arya mencintai seseorang yang sudah berada di dunia lain. Ia menyebut penderitaan cinta yang tak berhenti ini adalah karmanya sebab saat Anita sakit ia tidak pernah pulang sebab ia harus terus bekerja untuk berperang. Akhirnya waktu yang ditunggu tiba ia berulang tahun pada hari ini. Ia berharap Arya datang ke rumahnya tetapi alangkah terkejutnya Crista saat ia mengetahui makam adiknya yang sangat indah dengan taburan bunga, ternyata Arya melakukan hal itu demi cintanya terhadap Anita.
......
Kabar Bahagia
      Crista mulai menyesal mengapa dia harus memberitahu bahwa adiknya telah wafat kepada Arya. Setiap hari Arya bertemu Anita dalam mimpi. Pada keesokan harinya ia diberitahu kabar bahwa Crista masuk rumah sakit. Crista menangis di rumah sakit sebab Arya tidak menjenguknya. Arya setiap hari pergi ke makam Anita. Dokter mengvonis umur Crista 4 bulan lagi. Demi menghargai Crista akhirnya Arya bersedia menikah dengan Crista tetapi, walau mereka menikah mereka tidak bahagia. 4 bulan berlalu saat matahari menjulang tinggi Arya mengetahui bahwa istrinya telah wafat. Dia menangis, tetapi dokter membantu Crista dengan susah payah. Dokter meminta salah satu ginjal untuk disumbangkan kepada Crista. Satu tahun berlalu akhirnya mereka dikaruniai seorang anak yang mereka beri nama Pagunda. Tetapi Arya juga belum bisa melupakan Anita. Tujuh belas tahun berlalu Pagunda mulai mengerti apa makna suatu kehidupan. Tujuh belas tahun yang lalu dokter lupa bahwa jika ada seseorang menyumbangkan ginjal untuk Crista ia akan merasa kesakitan. Arya menyampaikan pesan terakhir kepada Crista, “apapun  yang terbaik untukku tak kan ku relakan kau menjadi miliknya.” Setelah mendengar ucapan tersebut Arya menutup mata untuk selamanya. Pagunda pun sebenarnya sudah bisa merelakan ayahnya. Tetapi, Crista masih belum bisa untuk merelakanya.
      Pada suatu malam Crista bermimpi bertemu dengan Anita. Anita mengatakan,”ambilah Arya sebab ia belum saatnya untuk meninggalkanmu.” Mendengar ucapan tersebut Anita bergegas keluar kamar, tanpa seijin Pagunda, ia meninggalkan Pagunda, dan bergegas menuju rumah sakit. Ia memasuki kamar mayat, “aku tak akan bisa mengambil Arya.” Dengan lirih dia berkata sedemikian. Kemudian dari belakang ada yang menepuk pundaknya, Anita pun kaget dia berpikir yang tidak – tidak. Ketika ia menengok kebelakang ia baru sadar itu hanya seorang petugas penjaga. Lalu petugas tersebut berkata, “apa yang kamu lakukan disini?” dengan perasaan gugup Anita menjawab,”aku hanya ingin mengambil jenasah suamiku,dan aku yakin dia masih hidup.” Tanpa basa – basi petugas tersebut mengambilkan dan dia kaget dengan apa yang ditemukanya, “subhanallah, ini sungguh mukjizatmu” dan petugas tersebut memanggil dokter Anita langsung senang. Ia segera menelpon Pagunda dan ibunya bahwa Arya masih hidup. Ketika dokter datang Anita langsung bergegas menuju ruang administrasi untuk menyewa 1 kamar VIP untuk Arya.
    Setelah arya dipindahkan ke kamar VIP nya ia pun terbangun.
“Anita . . . Anita . . .” Arya bersuara lirih.
Karena Crista mendengarnya, Crista langsung menangis dan menepuk pundak Arya, ia segera membangunka Arya.
“tenanglah Arya, Anita selalu ada di hatimu!”
Setelah mendengar ucapan itu Arya langsung Koma. Dokter tidak bisa memastikan kapan akan berakhir. Banyak teman Arya berdatangan mulai dari teman SD, SMP, SMA, Kantor, Kuliah, Mantan, dan juga rekan – rekan kerjanya. Semua membacakan ayat suci al-qur’an agar Arya segera bangun. Satu minggu berlalu Arya belum bangun juga.
    Setelah dua minggu Akhirnya Arya terbangun dan segera mencari Crista untuk menceritakan mimpi yang ia alami saat koma.
“Apa Arya?” Crista menangis senang.
“apakah aku boleh untuk menceritakan mimpiku saat aku tertidur sejak kemarin?” dengan tersenyum Arya mengatakanya. Membuat seluruh orang yang berada di ruangan itu tertawa karena Arya sebenarnya sedang koma selama seminggu. 
“ya boleh kok! Ayah” Pagunda memotongnya.
“sebenarnya, ayah bermimpi ayah, Pagunda, dan kamu Crista berada di Tokyo kota yang sering kita kunjungi saat liburan musim dingin dan semi. Kita berada di suatu kuil, setelah itu kita bertemu dengan Anita ia mengajak kita untuk masuk ke rumahnya yang ayah kira suatu kuil.”
“Oh, Jadi ayah selama tidur bermimpi itu ya?” Tanya Pagunda seolah ingin mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.
“Iya, Kalau ayah sudah sembuh nanti ayah janji deh! Ayah ajak ke Tokyo!” sahut ayah.
....
Kisah Dramatis
   Hari beranjak sore tubuh Arya menggigil dan ia segera menyuruh Crista untuk mematikan AC nya. Arya segera mengambil remote untuk menyalakan televisi plasma 32 inch yang ada di kamar tersebut. Arya segera menyetel saluran sepak bola.  Karena hari sudah mulai malam Arya mulai tidur dan ia pun langsung terlelap dalam mimpinya itu. Pagi mulai datang matahari mulai menjulang tinggi Pagunda membangunkan ayahnya dengan penuh kebahagiaan.
“Selamat Pagi ayah, bagaimana sudah agak sehatkan?”
Tanya Pagunda.
“Iya, sudah kok! Mana Bunda ayah ingin memeluknya?”
Tanya Arya serasa tak sabar ingi segera cepat bertemu Crista.
“Magandang Hapon!” sahut seorang teman Arya yang bersekolah mengambil jurusan bahasa tagalog seperti Arya.
“Iya, Ada apa Tir?” tanya Arya dengan tersenyum bahagia.
“gak apa – apa kok! Crista tadi menyuruhku untuk menjagamu sebab ia sedang mengurus paspor, karena ada suatu hal penting yang harus ia lakukan di Singapore”
“hmmb. . .” gumam Arya.
    Arya mengambil kursi roda yang berada di sebelah tempat tidurnya, dan menyuruh Tirta rekan kuliahnya mendorongnya. Arya pun mengajak Pagunda pula ini adalah hari pertama Arya keluar dari kamar tersebut walau hanya 1 jam. Seorang suster yang merawat Arya pun terharu ketika ia bertemu dengan Arya. Ternyata kisah perjalanan cinta Arya telah terdengar oleh para petugas rumah sakit. Tetapi Arya tidak menanggapi hal tersebut.
“ Tirta, tolong antar aku pergi ke makam Anita! Pasti ia sangat merindukanku.” Perintah Arya memaksa.
“ Baiklah mari kuantar!” Tirta tersenyum manis ke Arya.
   Dengan menaiki mobil Tirta yang baru ia beli di Tokyo dua bulan lalu. Arya pun tidak iri dengan mobil Tirta tetapi Arya iri karena melihat Tirta masih bisa menyupir mobil sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Arya pun berpikir akan kehidupanya, walau ia memiliki tiga mobil yang harganya berkelas dengan mobil – mobil yang dinaiki keluarga kerajaan di Inggris tetapi ia tidak dapat menaikinya saat ini. Dalam perjalanan ia masih belum bisa melupakan Anita. Ia masih merasa bahwa Anita masih hidup, ia yakin bahwa mimpi yang ia rasakan saat koma bukanlah sekedar mimpi tapi itu kenyataan. Sesampainya di makam Anita Arya segera bersujud dan langsung menangis di hadapan makam yang sepertinya sudah tidak terurus selama Arya berada di Rumah Sakit. Arya merasa hidup ini akan berakhir.
“ Mengapa harus aku dan kamu yang merasakan penderitaan ini ku tahan merasakan penderitaan ini, rasa penderitaan ini seperti Tiga Hati dan Dua Dunia yang kurasa” Curahan Hati Arya di depan makam itu yang tidak sengaja terdengar Tirta.
“ Tenanglah memang ini sulit bagimu untuk melupakanya tapi dia tidak akan tenang jika kamu berada disini dan menangis seperti itu!” ucap Tirta seakan menenangkan Arya.
“ Tapi, tidak baginya Anita masih tetap hidup dalam hatiku tak akan bisa terlupakan.” Sambung Arya.
  Arya menangis tangisnya terdengar hingga membuat kabur seluruh burung – burung kecil yang sedang memakani biji - biji bunga. Tak disangka hari mulai gelap Hujan gerimis menami drama romantis ini. Hidup ini bagai sebuah drama yang indah tanpa naskah ataupun dialog. Hujan semakin lebat mewarnai kisah dramatis tersebut. Tirta dan Pagunda berteduh di bawah tempat ronda, Arya tetap duduk di samping makam tersebut. Walaupun hujan, keajaiban pun terjadi bau harum mawar muncul. Tetapi kisah itu belum juga berakhir.
“ Arya, ayo kita pulang!” bujuk Tirta.
“ Kalian pulang saja dulu nanti saya akan tidur di ronda itu” Teriak Arya bersahutan dengan air hujan.
  Dengan perasaan gelisah Tirta meninggalkan Arya sendirian mereka pun berpisah untuk satu hari ini saja.
“ Om rasa ayah kamu sedang tidak mau diganggu, kamu hari ini tidur di rumah om Tirta saja ya!” Pinta om Tirta kepada Pagunda yang terlihat lesu.
“ Baiklah om!” Jawab Pagunda yang masih terus memikirkan ayahnya.
...
Arya Hilang
   Keesokan harinya tanpa mengajak Pagunda Tirta kembali ke makam Anita ia melihat Arya tidak berada disana ia takut kalau Arya diculik oleh seseorang yang tidak Arya kenal. Tirta pun bertemu dengan salah seorang penjaga makam ia pun bertanya.
“ Maaf, pak sebelumnya apakah bapak tahu orang yang tadi malam tidur di pos ronda ini?” Tanya Tirta terus terang.
“ Maaf saya tidak tahu, mungkin diculik penjahat yang biasa mangkal disini!”  jawab penjaga makam tua itu ragu.
“ Terimakasih pak!” ucap Tirta pelan.
   Tirta mencari temanya kemana – mana tapi ia tidak menemukanya. Sebenarnya yang diucapkan penjaga akam itu benar Tirta diculik oleh seorang penculik yang sering mangkal di pos ronda tersebut. Arya sekarang dalam keadaan sakit ia tidak bisa berjalan ia hanya dapat merangkak.
   Ketika Crista pulang dari Singapore Crista tidak percaya kalau Arya tidak ada di Rumah sakit. Crista segera menelpon Arya tetapi handphone  Arya tertinggal di rumah sakit. Ia pun menelpon Tirta lewat ponsel Arya kemudia Crista kaget kalu Arya diculik. Ia pun segera menemui Tirta di sebuah Mal terbesar di Jakarta. Saat itu Crista sangat bingung ia sudah mengerahkan beberapa polisi untuk mencari Arya. Berhari – hari telah terlewati hidup Crista hampa tanpa Arya. Ia pun juga penah tiga kali ketahuan akan bunuh diri. Tapi niatnya itu selalu saja dihalang – halangi oleh Tirta. Saat ia di jalan ia bertemu dengan seorang peramal, peramal tersebut tidak sengaja menabrak Crista saat peramal tersebut keluar dari sebuah gereja. Ia mengira peramal tersebut hanyalah seorang pendeta. Ternyata orang tersebut juga seorang peramal, banyak jemaat gereja tersebut yang meminta saran kepada pendeta itu. Hari mulai sore Crista terus berada di rumah pendeta itu untuk menengkan dirinya. Walau sebenarnya Anita seorang muslim tetapi ia adalah orang yang menghormati agama lainya. 
   Pendeta itu menenangkan Crista, akhirnya Crista dapat segera tenang dan bersabar. Tak berapa lama polisi menelpon Crista polisi sudah menanyai semua saksi yang melihat kejadian tersebut.
  Saat ini Arya sedang berada dalam sekapan para pencuri tersebut ia hanya diberi makan 2x sehari dengan nasi sisa. Pencuri tersebut meminta nomor telepon Crista untuk meminta tebusan uang. Ia pun memaksa Arya.
“ ayo, cepat jika kau tak segera memberikan nomor teleponya aku akan bunuh kau saat ini juga!” bentak pencuri tersebut.
   Arya hampir menyerah ia pun akhirnya mendapat ide, karena ia mempunyai seorang teman yang polisi dan ia pun memberikan nomor tersebut. Setelah itu pencuri tersebut segera menenelpon nomor tersebut.
“ Hei, Loe segera serahkan uang Rp1.000.000.000,00 dan segera bawa ke alamat Jalan kemari kalau tidak Arya akan segera gue bunuh! Alamatnya di dekat stasiun Jakarta Kota!” pencuri itu sambil teriak – tersiak. Karena tak sabar pencuri tersebut pun langsung menutup teleponya.
   Kemudian Polisi itu memberi kabar terhadap Crista. Crista segera berangkat dan sangat takut. Ia pun tidak peduli walau harus mengeluarkan uang berapa pun demi Arya. Ia segera mengambil uangnya. Dan segera menitipkan uang tersebut kepada polisi.
    Keesokan harinya polisi segera menuju lokasi penculikan Arya, tetapi sayang ketika sampai disana Arya telah tiada. Para penculik tersebut tidak tahu kemana Arya pergi, mereka pun segera mungkin mencari kemana Arya hilang. Para penculik pun menyerahkan diri mereka kepada polisi. Dengan hati yang tenang mereka datang dan diam dikantor polisi tersebut. Walau dalam perasaan mereka takut akan dipenjara seumur hidup tetapi mereka tampak tenang – tenang saja.
“eh, emang kemana sih orang itu?” Tanya penculik berusia 18 tahun tersebut.
“Gak tau! Dan gak mau tau!” jawab salah satu diantara tiga orang penculik tersebut. “Okelah!” Jawab mereka serentak.
*Wait For The Novel

Rabu, 10 Agustus 2011

"Mengalah Untuk Menang"

                                                                                                                                                                                                                                                                              


     By : Rizal Rahmanto
 ( @RR_WUW)
2011

     
                                                                      Keluarga Baruku
      Siang itu adalah siang yang panas di SMP Nusa Bakti Taruna. Rendy sedang duduk – duduk di dekat sebuah batu dengan menahan rasa lapar. Rendy adalah anak yang rajin ia sering menolong teman – temanya di sekolah tanpa rasa pamrih. Walaupun dia anak orang yang tidak mampu tapi ia sangat kaya akan kebaikanya. Sekolahnya termasuk salah satu sekolah bergengsi di kota itu. Dia termasuk anak yang pandai di sekolah. Tapi sayang teman – temanya membencinya karena dia anak orang miskin. Bahkan untuk biaya sekolah saja ia sudah menunggak 2 bulan, tapi ia tetap sabar.
    Ketika pulang sekolah ia menemukan dompet di jalan ia berniat untuk mengambil isinya tapi ia ingat pesan ayahnya,“Janganlah kamu mengambil barang orang lain tanpa seijinya.” Ia menemukan KTP sang pemilik dompet ia segera menuju rumahnya.
        Saat ia sampai di rumah orang tersebut, ia tidak menduga bahwa anak sang pemilik dompet itu adalah teman sekelasnya yang sering menjahatinya. Sejak saat itu Rendy tinggal di rumah itu, biaya sekolahnya ditanggung ayah angkatnya. Tapi saudara angkatnya tidak mengakuinya. Rendy tetap sabar.
...
    Keesokan harinya tiba – tiba ia menerima telepon dari rumah sakit Kasih Bunda, bahwa saudara angkatnya yang bernama Putra kecelakaan, Rendy merawat kakaknya. Tiba - tiba mereka mendengar kabar buruk yaitu ayah mereka harus bekerja di luar negri selama 1 tahun. Akhirnya Rendy dan Putra harus berpisah Putra lebih memilih ikut dengan ayahnya.
   Karena Rendy sekarang ikut dengan ayah angkatnya, ia pun harus meninggalkan sekolah lamanya, ia harus pindah ke sekolah yang terkenal di Jakarta.
***
Kesabaran Membuahkan Hasil
       Pada hari pertama masuk sekolah Rendy terlihat sebagai murid yang lincah, pandai, dan tekun. Tapi sayang ada salah satu teman yang membencinya ia adalah Lukman. Lukman sebenarnya murid yang pandai tapi ia sombong. Saat ada lomba cerdas cermat Rendy mewakili sekolahnya ia pun menang pada lomba penyisihan pertama Kemudian giliran Lukman yang mewakili sekolahnya pada penyisihan kedua. Pada akhirnya,  mereka berdua masuk final. Saat itu ada suatu perubahan peraturan yaitu setiap sekolah harus mengirimkan 1 orang saja yang dapat tampil di final. Akhirnya Rendy yang dipilih tetapi Lukman membantah, kepala sekolah pun akhirnya memutuskan yang dapat mewakili adalah Lukman, Rendy pun mengalah. Pada satu hari sebelum final Lukman jatuh sakit keluarganya membawanya ke rumah sakit tapi apa daya, akhirnya Rendy yang harus dikirim untuk menghadapi final tersebut. Saat lomba berlangsung ia bertemu dengan guru sekolahnya yang dulu. Walau sekolah mereka bersaing tapi Rendy tetap meminta doa restu terhadap gurunya.
    Saat lomba mulai Rendy merasa gugup sebab para sainganya adalah orang yang pandai mereka pernah bersekolah di luar negeri. Tapi karena ia selalu mengiat pesan ayahnya akhirnya Rendy merasa optimis akan memenangkan lomba tersebut. Dua jam berlalu saatnya pengumuman. Dewan juri mengumumkan bahwa juara satu diraih oleh dua orang yaitu Rendy dan teman sekolahnya dulu yaitu Ikbal. Walaupun mereka bersahabat tetapi mereka harus bersaing lagi. Pertanyaan petama dibacakan ternyata Rendy mampu menjawabnya. Kemudian pertanyaan kedua dibacakan, sekarang giliran Ikbal yang dapat menjawab. Pertanyaan terakhir dibacakan Rendy gugup akan menjawabnya tetapi ia optimis.
     Akhirnya ia memenangkanya. Ia membagi rasa senangnya dengan bersedekah kepada fakir miskin. Saat saudaranya pulang dari luar negeri, ia berniat memberi tahu kabar yang menggembirakan tersebut. Akan tetapi dia malah mendengar kabar buruk bahwa ayah kandung Rendy meninggal. Ia sangat sedih, ia pergi melayat ke rumah ayah kandungnya. Tapi ternyata ayahnya telah dimakamkan. Saat ia pergi ke makam ia pingsan, sebab ia masih tidak percaya kalau ayahnya meninggal karena dibunuh. Putra menghibur Rendy, tapi Rendy masih belum bisa melupakan ayahnya.
...
     Tiga bulan berlalu saat itu ia berulang  tahun. Tapi ulang tahunya kini hampa tanpa ayahnya. Walau ayah angkatnya telah membuat pesta yang besar. Ayah angkatnya juga memberikan sebuah kado yaitu mobil yang dia harapkan dulu. Putra bertanya kepada Rendy,”apa yang kamu inginkan?.”dengan gugup aku menjawabnya, “aku hanya mengiinkan satu yaitu kebahagian bertemu dengan adikku yang hilang.” “Oh! Eh kita kelua yuk! Cari udara segar.” Ajak Putra.
   Saat mereka berjalan di bawah sinar matahari yang terang mereka bertemu dengan pengemis kecil. Mereka tidak sadar kalau pengemis itu adalah adiknya sendiri. Keesokan harinya mereka bertemu pengemis yang kemarin lagi. Saat itu mereka tidak sengaja menbrak pengemis kecil itu. Saat mereka membawanya ke rumah sakit, pengemis itu hanya bisa menangis. Saat itu Rendy melihat suatu tanda lahir yang sama seperti adiknya, Rendy yakin kalau itu adalah adiknya. Keyakinanya semakin diperkuat dengan ditemukanya foto ibu kandungnya saat mereka masih kecil. Saat itu Rendy pusing dan akhirnya pingsan ia tidak menyangka bahwa doanya terkabul. Pada suatu hari ayahnya menelpon. Mereka mendengar kabar bahwa ayahnya harus kembali lagi keluar negeri. Tapi sayang akhirnya Rendy dan Putra harus berpisah lagi sebab, salah satu diantara mereka harus ikut ayah mereka ke Kuala Lumpur.
***
Welcome To Kuala Lumpur
      Keesokan harinya ayah mereka berangkat dengan berat hati Rendy melepaskan Putra untuk pergi. Pesawat akan berangkat pukul 6 pagi sedangkan mereka telah tiba sejak pukul 4 pagi. Disaat mereka harus berpisah suatu kabar menggembirakan datang akhirnya mereka berdua boleh ikut. Ayah putra langsung mengurus paspor dan tiket walau waktu tinggal 1,5 jam. “ayo cepat ayah!” kata ku
“ya Rendy sabar, ayah sedang mengambil tiket” dengan terburu – buru ayah bergegas. Saat naik pesawat Rendy merasa teringat akan seorang pengemis kecil yang ada di rumah sakit. “Putra bagaimana pengemis kecil yang ada di rumah sakit saat ini?” Rendy berbisik dengan suara yang semakin lama semakin pelan, Putra menjawab, “ tenang saja Ren, aku sudah suruh bibi untuk mengurusnya dan menempatkanya di Pant Asuhan.” dengan tersenyum manis dia berkata. Tak lama kemudian ayah mereka menawari sebungkus makanan ringan yang dibeli saat di bandara tadi pagi. Tiga jam telah berlalu perjalanan tak terasa akhirnya mereka sampai juga di Kuala Lumpur. Mereka langsung menuju apartemen milik ayah mereka. Untuk pertama kalinya Rendy menginjakan kaki di negeri jiran ini. Sedangkan bagi Putra ia hanya biasa sebab ia sudah terlalu sering pergi ke luar negeri.
    Suatu pagi ayah memergoki Rendy sedang membaca buku di suatu perpustakaan. Ayah sadar kalau sebenarnya Rendy ingin bersekolah lagi di Indonesia dan bertemu teman – temanya. Ayah Rendy pun segera mencarikanya sekolah.  “seminggu lagi Rendy berulang tahun pasti jika aku mencarikanya sekolah dia akan sangat senang!” gumam ayah.
***
                 Sekolah Baru
   Hari ulang tahun pun tiba ketika ayah mengajak Putra dan Rendy keluar untuk makan malam di sebuah rumah makan Padang Putra Berbisik kepada ayahnya, “bagaimana ayah sudah dapat sekolah untuk Rendy?” dengan lirih ayah menjawab, “sudah Insya Allah besok kalian sudah bisa mulai bersekolah tenang saja”
“oke, deh aku akan rahasiakan ini” dengan sedikit tertawa Putra menjawabnya.
        Rendy menyela pembicaraan Ayah dan Putra, “Putra apa yang kalian bicarakan apa semacam kejutan, atau aku terlihat memalukan gara – gara aku tidak dapat menggunakan garpu dan pisau ini?”
“tenang saja ini hanya semacam rahasia kecil kok!” Ayah menjawabnya dengan tersenyum .
    Ketika seorang pelayan menghampiri mereka, pelayan menyodorkan berbagai macam menu. Ternyata pelayan disini seperti pelayan di Indonesia ramah – ramah. Karena ini Rumah Makan Padang Rendy memesan Telur rebus dan Rendang sedang untuk minumanya Rendy hanya meminta segelas air hangat. Sedangkan Putra memesan Rendang dan Sate ayam. Ayah pun segera membayar di kasir. Ketika ayah pergi ke kasir ayah bertemu dengan teman kantornya. Mereka berbincang – bincang cukup lama hingga waktu menunjukan pukul 21.00 malam. Aku pun belum mengantuk. Putra memanggilku dan berbisik, “Rendy nanti kita jalankan suatu rahasia besar ya!” Rendy hanya terdiam ia pun mengira jika rahasia tersebut ada sangkut pautnya dengan hal yang dibicarakan tadi. Putra memanggilnya lagi, “Rendy!” Akhirnya Rendy menjawab, “Oke deh ayo kita kembali ke apartemen ayah, aku sudah mengantuk!”
   “Rendy kamu tidur dulu ya! Aku ingin jalan – jalan dulu!” Putra berkata sambil tertawa karena melihat Rendy yang sudah mulai mengantuk.
“Ayah ayo kita ke toko buku untuk beli perlengkapan” ajak Putra sambil merogoh uang yang ada di ransel kecilnya itu.
“baiklah, apakah Rendy sudah tidur?” tanya ayah sambil melihat sekeliling.
“sudah kok!” Jawab Putra
Ayah segera berpamitan kepada temanya dan segera berangkat ke toko buku yang letaknya hanya sekitar 10 meter dari restoran yang berada di apartemen itu. Ketika semua buku telah terkumpul mereka segera kembali ke apartemen dan tidur.
Keesokan harinya karena sekolah dimulai pukul 8 Putra segera mengajak Rendy berangkat. Rendy terkejut sebab Putra mengajaknya memakai sepatu dan mengantarkan beberapa buku pelajaran.
“Rendy, Putra ayo cepat nanti telat lho sekolahnya” ayah berteriak sehingga membuat seorang pembersih apartemen yang bertugas di kamar itu termenung.
“Sekolah?” tanya Rendy sambil bertanya – tanya.
“iya, ini yang aku bicarakan sama ayah kemarin.” Jawab Putra Kegirangan
   Rendy terlihat sangat senang.
    Hari pertama sekolah mereka sangat senang sebab ternyata salah satu guru yang mengajar di sekolah itu adalah guru mereka saat di Indonesia. Mereka juga memiliki beberapa teman yang berasal dari Indonesia. Jam pertama dimulai saat itu mereka memperkenalkan diri di depan kelas walau mereka hanya sekolah sementara disana selama 3 tahun. Tetapi nilai rapor mereka akan diserahkan kepada sekolah mereka di Indonesia. Saat jam pertama dimulai dengan pelajaran bahasa Indonesia mereka senang sekali sebab hari itu membahas tentang Keindahan Alam Indonesia. Kemudian waktu pelajaran pun habis dan dilanjutkan pelajaran bahasa melayu. Waktu terus bergulir hingga menunjukan pukul 18.00 dan mereka pun segera pulang.
“Rendy ayo kita pulang” Putra berteriak karena tempat duduk mereka berjauhan.
“baiklah, oh ya kapan kita jalankan rahasia yang kemarin”  Rendy bertanya kembali.
“oh, ya kalau hari minggu bagaimana?” Tanya Putra sambil menepuk pundak Rendy.
“iya, deh tapi ini kan rahasia! Jadi gak boleh kasih tahu ayah ya?” Tambah Putra.
***
Rahasia Besar
    Pada malam harinya Rendy mengajak Putra untuk berkeliling sejenak menikmati udara malam. Ayah mereka mengajak mereka ke suatu Restourant seafood yang terkenal di Kuala Lumpur. Rendy memesan kepiting bakar sedangkan Putra memesan ikan kakap yang besar. Tak disangka mereka bertemu guru dari sekolah mereka di Indonesia yang juga mengajar di sekolah bhineka. Mereka makan sambil berbincang – bincang.
“Ibu, kapan sih liburanya?” tanya Putra sambil tertawa.
“iya, masak baru sekolah dua hari kok sudah minta libur sih! Kalau menurut liburan semester liburanya sih bulan depan selama 2 minggu.” Ibu guru tersebut melanjutkanya.
“Wah, Putra kita bisa pulang ke Indonesia ya?” sahut Rendy.
“ Iya, tapi jalankan misi kita dulu ya!” bisik Putra lirih agar Ibu Rahmadan tidak mendengarnya.
   Ibu Rahma pun seakan ingin tahu apa yang mereka bicarakan tetapi mereka tidak ingin memberitahu. Setelah selesai berbicang – bincang mereka pun segera pulang dan tidur dengan terlelap. Jam menunjukan pukul 24.00 malam saat itu Rendy tidak sengaja bangun sebab ia harus ke kamar kecil. Dengan tidak sengaja Rendy melihat Putra sedang berjalan keluar kamar. Akhirnya Rendy mengikutinya, setelah Putra sampai di suatu Tempat minum teh Rendy dengan tidak sengaja melihat Putra membalik ruangan itu dan Rendy melihat ruangan yang berlapis emas. Rendy pun hanya terdiam ia berpikir mungkin itu ada kaitanya dengan rahasia yang akan ia jalankan pada hari minggu.
    Sebenarnya Putra merasa ada yang mengikutinya, tetapi sesekali ia menengok kebelakang tidak ada seorang pun yang ada di belakangnya. Sejak hari itu Putra merasa tidak nyaman dan mulai keesokan harinya Putra sudah tidak berani untuk pergi ke gudang emas itu. Padahal ia ingin sekali memecahkan misteri gudang itu.
   Hari ini adalah hari sabtu Rendy pun sengaja untuk tidur agak malam, Rendy berniat tidur setelah Putra tidur. Putra segera menuju kamarnya dan membaca komik – komiknya. Rendy menuju ruang minum teh sendiri dan Putra pun mengikutinya.
“Oh, ternyata kamu Rendy yang sejak kemarin lusa mengikuti aku. Baiklah kau kan pandai dapat membantuku untuk memecahkan misteri ini.” gumam Putra.  
   Hari minggu pagi yang cerah pun datang mereka segera menuju ke ruang minum teh dan langsung memutar ruangan itu dan segera memasukinya. Ketika Rendy menginjakan langkah pertamanya Putra menyarankan agar Rendy tidak menginjak terlalu keras sebab suara itu dapat terdengar hingga dua lantai di bawahnya.
“Rendy pelankan langkahmu!” Bujuk Putra.
“ Baiklah  . . .” Jawab Rendy tersenyum kepada Putra.
“ Oke, sekarang kita berpencar! Aku ke kanan dan kamu ke kiri!” ajak putra seakan tak sabar ingin segera mengetahui rahasia ruangan tersebut.
Ketika Rendy hendak berbelok ke kiri, ia memanggil Putra.
“ Putra, lihat apa yang aku temukan!” teriak Rendy sambil mengambil barang temuanya.
“ Apa Ren?” sahut Putra.
“Lihat, sebentar aku akan membacanya.” Lanjut Rendy.
“ Sebentar disini aku juga menemukan benda aneh Ren!” Putra pun menepuk pundak Rendy.
“ Ya sudah kamu dulu saja!” jawab Rendy.
 “Ternyata disini dulu adalah tempat tidur kakek nenekku saat mereka pergi ke Malaysia, lihat saja namanya saja sudah jelas” Jelas Putra.
 “ Pantas saja lihat ini berlian – berlian ini tertulis tanggal pernikahan mereka!” Jawab Rendy sambil menunjukan berlian – berlian tersebut kepada Putra.
“Bagaimana kalau ruangan ini kita beritahu ayah! Pasti beliau akan senang!” Ajak Putra.
  Setelah Putra berbicara hal itu kemudian mereka mendengar langkah kaki yang tak asing lagi bagi mereka yaitu langkah kaki ayah yang di iringi seorang petugas pembersih kamar. Mereka segera berlari dan membawa beberapa berlian sebagai tanda bukti.
“Ayah tengok ini!” suruh Putra sambil menepuk pundak ayah.
“Alhamdulillah akhirnya anak ayah sudah bisa tahu rahasia ruang minum teh itu” jawab ayah sambil tersenyum kecil.
  Mereka berdua kaget tak menyangka kalau ayah ternyata yang sengaja membuat ruangan minum teh tersebut untuk menyimpan barang – barang peninggalan kakek dan nenek mereka.
“ Ayah terus kita apakan harta ini?” Tanya Putra.
“ Itu kan warisan untuk kalian jadi ya terserah kalian mau kalian apakan?” ayah pun tersenyum kembali.
  Kemudian Rendy menangis karena ia mengingat kehidupanya yang dulu sekarang telah berubah menjadi kehidupan yang serba ada.
“ Kenapa Rendy kok, kamu menangis?” tanya Putra Keheranan.
“ Gak apa – apa kok! Aku Cuma ingat kehidupanku dulu yang serba kekurangan sekarang menjadi terpenuhi semua” tangis Rendy.
“ Ya sudah gak usah dipikirin lagi, oh! Ya aku juga minta maaf ya! Masalah dulu aku suka jelek – jelekin kamu.” Jawab putra.
  Mereka pun berpelukan dan berjanji akan selalu bersama lagi. Mereka juga janji untuk selalu tolong – menolong. Setelah beberapa saat Rendy ingin sekali bertelepon dan ingin mengetahui bagaimana kabar pengemis kecil itu.
“ Ayah, bulan depan kan kami liburan, bagaimana kalau kami pulang ke Indonesia 2 minggu saja kok!” tanya Rendy kepada ayah yang saat itu sedang membaca koran.
“ Hah? Apa kamu yakin Rendy? Putra?” sahut ayah kaget.
“ Ya, sudah gak apa – apa kok! Tapi maaf ayah gak bisa ikut sebab Ayah ada pekerjaan. Bagaimana?” lanjut ayah sambil menutup koran harianya.
“ Ya sudah gak apa – apa kok ayah! Makasih ya! Oh, ya ayah Aku dan Rendy sudah memutuskan bagaimana menggunakan berlian – berlian itu!” Putra menjawabnya.
“ Iya ayah, kami akan membangun panti asuhan untuk para anak yatim piatu, dan kami juga akan membangun sekolah untuk para anak – anak yang kurang beruntung.” Tambah Rendy.
“ Wah, anak – anak ayah ini jiwa sosialnya sudah tinggi ya?” Tanya ayah sambil menggoda.
  Ayah pun segera mengurus paspor dan membeli tiket di bandara, padahal keberangkatan mereka sebenarnya masih satu bulan lagi. Mereka tidak sadar bahwa bulan ini adalah bulan terakhir Rendy berada di Kuala Lumpur. Setelah mereka 6 bulan lebih disana.
***
Gadis Pembawa Kayu Bakar
    Hari terus berlalu, akhirnya nilai rapor mereka akan segera dibagikan. Rendy tak menyangka ia mendapat peringkat dua di sekolah itu, walau Putra hanya mendapat peringkat lima tapi ia bangga dengan saudaranya tersebut. Karena libur semester satu tinggal tiga minggu lagi, mereka tetap bersekolah seperti biasanya. Para guru menawarkan Rendy untuk mengikuti sejumlah olimpiade yang diselenggarakan pemerintah setempat. Rendy mengikutinya satu persatu dengan lancar, walau pada akhirnya Rendy jatuh sakit. Padahal ia ingin sekali mengikuti olimpiade matematika yang diadakan di Penang tersebut. Akhirnya guru pun menggantikanya dengan peraih peringkat pertama di kelas sebelah. Rendy sangat bangga dengan prestasi anak yang mendapat peringkat pertama di kelas sebelah. Walau dia dipuja – puja para murid dan guru tetapi anak itu tidak sombong dan congak. Rendy pun teringat akan teman sekolahnya dulu yang bernama Lukman seorang yang angkuh dan congkak. 
    Lukman sebenarnya adalah anak orang kaya tetapi ia berpikir bahwa hidup ini dapat diatasi dengan uang. Banyak teman sekolah Lukman tidak suka dengan sikap Lukman, tetapi mereka terpaksa mengikuti perintah Lukman, karena mereka takut akan dihajar atupun jahati Lukman. Lukman juga memiliki seorang pengawal pribadi yang sebenanya sih kadang – kadang berani tapi juga kadang – kadang malu – maluin karena biasanya dengan badan mereka yang besar dan tinggi seperti atlit binaragawan mereka sering makan lima piring sekaligus saat di kantin.
“ Hehehe. . . kalau ingat hal itu jadi kangen juga sama Lukman!” gumam Rendy sambil tertawa kecil sendirian di depan Putra.
   Walaupun Lukman anaknya nakal tapi juga bikin kangen, sebab ia sering melucu di depan kelas dan didampingi pengawal – pengawal bertubuh besarnya.
“ Rendy, kamu kok malah melamun ada apa?” tanya Putra bertanya – tanya.
“ Gak apa – apa kok ! Aku Cuma inget Lukman teman sekelas kita yang paling bikin kesal anak – anak.” Rendy tersenyum kecil kepada Putra.
“ Aduh, gak usah ingat anak itu legi deh bikin ketawa sama makin kesal saja!” Ucap Rendy sambil tersenyum sendirian.
“ Oke – oke, ayo aku ajak kamu keluar buat beli makanan kecil mau gak?” Ajak Rendy memaksa.
“ Oke, ayo kita berangkat!” Jawab Putra bersemangat.
  Merekapun segera pulang dan membeli makanan ringan untuk bekal besok minggu. Mereka mengobrol dengan penuh keceriaan menunggu hari lusa, Dan tiba – tiba mereka mendengar teriakan seorang gadis kecil yang menangis karena tersesat. Rendy dan Putra pun membantu mencari kedua orang tuanya. Karena tidak kunjung bertemu, mereka memutuskan untuk membawa anak kecil tersebut di kantor polisi. Ketika sampai di kantor polisi gadis kecil itu menfitnah Rendy dan Putra yang menculiknya. Padahal mereka tidak tahu apa – apa. Polisi pun langsung memanggil ayah Rendy dan segera melaporkan perbuatan anaknya tersebut. Putra pun semakin kesal dengan perbuatan gadis itu tetapi Rendy selalu menghalang – halangi agar Putra tidak menghajar anak itu. Tak berselang lama ayah pun datang dan segera bertanya kepada Rendy dan Putra.
“ Rendy, ayah percaya sama kamu, apakah kamu telah sengaja menculik bocah ini?” tanya ayah serius.
“ Bukan, ayah!” Bela Putra.
   Tanpa panjang lebar Rendy pun menjelaskan apa yang telah terjadi sebenarnya. Ayah pun percaya, ayah segera bicara dengan polisi tersebut. Tetapi ayah masih curiga terhadap orang tua dari anak tersebut, gadis dan orang tuanya segera kabur. Sebenarnya tiga orang tersebut adalah seorang pencuri. Mereka ingin mendapatkan uang dengan cara menipu ataupun menfitnah. Polisi tersebut segera mengerahkan seluruh anggotanya untuk menangkap orang tersebut. Seluruh kota pun mulai berhati – hati dalam menjaga anak – anaknya.
“ Ayah, kemana mereka kabur?” Tanya Putra setelah sampai di kamarnya.
“ Sudah – sudah tidak usah di bahas lagi sebaiknya kalian cepat tidur besok segera pulang ke Indonesia.” Perintah ayah sambil menyalakan pendingin ruanganya itu.
   Mereka pun segera tidur tidak sengaja Rendy teringat dengan anak tersebut ia selalu memikirkanya.
                                                                              
 *Wait For The Novel