Translate

Rabu, 10 Agustus 2011

"Mengalah Untuk Menang"

                                                                                                                                                                                                                                                                              


     By : Rizal Rahmanto
 ( @RR_WUW)
2011

     
                                                                      Keluarga Baruku
      Siang itu adalah siang yang panas di SMP Nusa Bakti Taruna. Rendy sedang duduk – duduk di dekat sebuah batu dengan menahan rasa lapar. Rendy adalah anak yang rajin ia sering menolong teman – temanya di sekolah tanpa rasa pamrih. Walaupun dia anak orang yang tidak mampu tapi ia sangat kaya akan kebaikanya. Sekolahnya termasuk salah satu sekolah bergengsi di kota itu. Dia termasuk anak yang pandai di sekolah. Tapi sayang teman – temanya membencinya karena dia anak orang miskin. Bahkan untuk biaya sekolah saja ia sudah menunggak 2 bulan, tapi ia tetap sabar.
    Ketika pulang sekolah ia menemukan dompet di jalan ia berniat untuk mengambil isinya tapi ia ingat pesan ayahnya,“Janganlah kamu mengambil barang orang lain tanpa seijinya.” Ia menemukan KTP sang pemilik dompet ia segera menuju rumahnya.
        Saat ia sampai di rumah orang tersebut, ia tidak menduga bahwa anak sang pemilik dompet itu adalah teman sekelasnya yang sering menjahatinya. Sejak saat itu Rendy tinggal di rumah itu, biaya sekolahnya ditanggung ayah angkatnya. Tapi saudara angkatnya tidak mengakuinya. Rendy tetap sabar.
...
    Keesokan harinya tiba – tiba ia menerima telepon dari rumah sakit Kasih Bunda, bahwa saudara angkatnya yang bernama Putra kecelakaan, Rendy merawat kakaknya. Tiba - tiba mereka mendengar kabar buruk yaitu ayah mereka harus bekerja di luar negri selama 1 tahun. Akhirnya Rendy dan Putra harus berpisah Putra lebih memilih ikut dengan ayahnya.
   Karena Rendy sekarang ikut dengan ayah angkatnya, ia pun harus meninggalkan sekolah lamanya, ia harus pindah ke sekolah yang terkenal di Jakarta.
***
Kesabaran Membuahkan Hasil
       Pada hari pertama masuk sekolah Rendy terlihat sebagai murid yang lincah, pandai, dan tekun. Tapi sayang ada salah satu teman yang membencinya ia adalah Lukman. Lukman sebenarnya murid yang pandai tapi ia sombong. Saat ada lomba cerdas cermat Rendy mewakili sekolahnya ia pun menang pada lomba penyisihan pertama Kemudian giliran Lukman yang mewakili sekolahnya pada penyisihan kedua. Pada akhirnya,  mereka berdua masuk final. Saat itu ada suatu perubahan peraturan yaitu setiap sekolah harus mengirimkan 1 orang saja yang dapat tampil di final. Akhirnya Rendy yang dipilih tetapi Lukman membantah, kepala sekolah pun akhirnya memutuskan yang dapat mewakili adalah Lukman, Rendy pun mengalah. Pada satu hari sebelum final Lukman jatuh sakit keluarganya membawanya ke rumah sakit tapi apa daya, akhirnya Rendy yang harus dikirim untuk menghadapi final tersebut. Saat lomba berlangsung ia bertemu dengan guru sekolahnya yang dulu. Walau sekolah mereka bersaing tapi Rendy tetap meminta doa restu terhadap gurunya.
    Saat lomba mulai Rendy merasa gugup sebab para sainganya adalah orang yang pandai mereka pernah bersekolah di luar negeri. Tapi karena ia selalu mengiat pesan ayahnya akhirnya Rendy merasa optimis akan memenangkan lomba tersebut. Dua jam berlalu saatnya pengumuman. Dewan juri mengumumkan bahwa juara satu diraih oleh dua orang yaitu Rendy dan teman sekolahnya dulu yaitu Ikbal. Walaupun mereka bersahabat tetapi mereka harus bersaing lagi. Pertanyaan petama dibacakan ternyata Rendy mampu menjawabnya. Kemudian pertanyaan kedua dibacakan, sekarang giliran Ikbal yang dapat menjawab. Pertanyaan terakhir dibacakan Rendy gugup akan menjawabnya tetapi ia optimis.
     Akhirnya ia memenangkanya. Ia membagi rasa senangnya dengan bersedekah kepada fakir miskin. Saat saudaranya pulang dari luar negeri, ia berniat memberi tahu kabar yang menggembirakan tersebut. Akan tetapi dia malah mendengar kabar buruk bahwa ayah kandung Rendy meninggal. Ia sangat sedih, ia pergi melayat ke rumah ayah kandungnya. Tapi ternyata ayahnya telah dimakamkan. Saat ia pergi ke makam ia pingsan, sebab ia masih tidak percaya kalau ayahnya meninggal karena dibunuh. Putra menghibur Rendy, tapi Rendy masih belum bisa melupakan ayahnya.
...
     Tiga bulan berlalu saat itu ia berulang  tahun. Tapi ulang tahunya kini hampa tanpa ayahnya. Walau ayah angkatnya telah membuat pesta yang besar. Ayah angkatnya juga memberikan sebuah kado yaitu mobil yang dia harapkan dulu. Putra bertanya kepada Rendy,”apa yang kamu inginkan?.”dengan gugup aku menjawabnya, “aku hanya mengiinkan satu yaitu kebahagian bertemu dengan adikku yang hilang.” “Oh! Eh kita kelua yuk! Cari udara segar.” Ajak Putra.
   Saat mereka berjalan di bawah sinar matahari yang terang mereka bertemu dengan pengemis kecil. Mereka tidak sadar kalau pengemis itu adalah adiknya sendiri. Keesokan harinya mereka bertemu pengemis yang kemarin lagi. Saat itu mereka tidak sengaja menbrak pengemis kecil itu. Saat mereka membawanya ke rumah sakit, pengemis itu hanya bisa menangis. Saat itu Rendy melihat suatu tanda lahir yang sama seperti adiknya, Rendy yakin kalau itu adalah adiknya. Keyakinanya semakin diperkuat dengan ditemukanya foto ibu kandungnya saat mereka masih kecil. Saat itu Rendy pusing dan akhirnya pingsan ia tidak menyangka bahwa doanya terkabul. Pada suatu hari ayahnya menelpon. Mereka mendengar kabar bahwa ayahnya harus kembali lagi keluar negeri. Tapi sayang akhirnya Rendy dan Putra harus berpisah lagi sebab, salah satu diantara mereka harus ikut ayah mereka ke Kuala Lumpur.
***
Welcome To Kuala Lumpur
      Keesokan harinya ayah mereka berangkat dengan berat hati Rendy melepaskan Putra untuk pergi. Pesawat akan berangkat pukul 6 pagi sedangkan mereka telah tiba sejak pukul 4 pagi. Disaat mereka harus berpisah suatu kabar menggembirakan datang akhirnya mereka berdua boleh ikut. Ayah putra langsung mengurus paspor dan tiket walau waktu tinggal 1,5 jam. “ayo cepat ayah!” kata ku
“ya Rendy sabar, ayah sedang mengambil tiket” dengan terburu – buru ayah bergegas. Saat naik pesawat Rendy merasa teringat akan seorang pengemis kecil yang ada di rumah sakit. “Putra bagaimana pengemis kecil yang ada di rumah sakit saat ini?” Rendy berbisik dengan suara yang semakin lama semakin pelan, Putra menjawab, “ tenang saja Ren, aku sudah suruh bibi untuk mengurusnya dan menempatkanya di Pant Asuhan.” dengan tersenyum manis dia berkata. Tak lama kemudian ayah mereka menawari sebungkus makanan ringan yang dibeli saat di bandara tadi pagi. Tiga jam telah berlalu perjalanan tak terasa akhirnya mereka sampai juga di Kuala Lumpur. Mereka langsung menuju apartemen milik ayah mereka. Untuk pertama kalinya Rendy menginjakan kaki di negeri jiran ini. Sedangkan bagi Putra ia hanya biasa sebab ia sudah terlalu sering pergi ke luar negeri.
    Suatu pagi ayah memergoki Rendy sedang membaca buku di suatu perpustakaan. Ayah sadar kalau sebenarnya Rendy ingin bersekolah lagi di Indonesia dan bertemu teman – temanya. Ayah Rendy pun segera mencarikanya sekolah.  “seminggu lagi Rendy berulang tahun pasti jika aku mencarikanya sekolah dia akan sangat senang!” gumam ayah.
***
                 Sekolah Baru
   Hari ulang tahun pun tiba ketika ayah mengajak Putra dan Rendy keluar untuk makan malam di sebuah rumah makan Padang Putra Berbisik kepada ayahnya, “bagaimana ayah sudah dapat sekolah untuk Rendy?” dengan lirih ayah menjawab, “sudah Insya Allah besok kalian sudah bisa mulai bersekolah tenang saja”
“oke, deh aku akan rahasiakan ini” dengan sedikit tertawa Putra menjawabnya.
        Rendy menyela pembicaraan Ayah dan Putra, “Putra apa yang kalian bicarakan apa semacam kejutan, atau aku terlihat memalukan gara – gara aku tidak dapat menggunakan garpu dan pisau ini?”
“tenang saja ini hanya semacam rahasia kecil kok!” Ayah menjawabnya dengan tersenyum .
    Ketika seorang pelayan menghampiri mereka, pelayan menyodorkan berbagai macam menu. Ternyata pelayan disini seperti pelayan di Indonesia ramah – ramah. Karena ini Rumah Makan Padang Rendy memesan Telur rebus dan Rendang sedang untuk minumanya Rendy hanya meminta segelas air hangat. Sedangkan Putra memesan Rendang dan Sate ayam. Ayah pun segera membayar di kasir. Ketika ayah pergi ke kasir ayah bertemu dengan teman kantornya. Mereka berbincang – bincang cukup lama hingga waktu menunjukan pukul 21.00 malam. Aku pun belum mengantuk. Putra memanggilku dan berbisik, “Rendy nanti kita jalankan suatu rahasia besar ya!” Rendy hanya terdiam ia pun mengira jika rahasia tersebut ada sangkut pautnya dengan hal yang dibicarakan tadi. Putra memanggilnya lagi, “Rendy!” Akhirnya Rendy menjawab, “Oke deh ayo kita kembali ke apartemen ayah, aku sudah mengantuk!”
   “Rendy kamu tidur dulu ya! Aku ingin jalan – jalan dulu!” Putra berkata sambil tertawa karena melihat Rendy yang sudah mulai mengantuk.
“Ayah ayo kita ke toko buku untuk beli perlengkapan” ajak Putra sambil merogoh uang yang ada di ransel kecilnya itu.
“baiklah, apakah Rendy sudah tidur?” tanya ayah sambil melihat sekeliling.
“sudah kok!” Jawab Putra
Ayah segera berpamitan kepada temanya dan segera berangkat ke toko buku yang letaknya hanya sekitar 10 meter dari restoran yang berada di apartemen itu. Ketika semua buku telah terkumpul mereka segera kembali ke apartemen dan tidur.
Keesokan harinya karena sekolah dimulai pukul 8 Putra segera mengajak Rendy berangkat. Rendy terkejut sebab Putra mengajaknya memakai sepatu dan mengantarkan beberapa buku pelajaran.
“Rendy, Putra ayo cepat nanti telat lho sekolahnya” ayah berteriak sehingga membuat seorang pembersih apartemen yang bertugas di kamar itu termenung.
“Sekolah?” tanya Rendy sambil bertanya – tanya.
“iya, ini yang aku bicarakan sama ayah kemarin.” Jawab Putra Kegirangan
   Rendy terlihat sangat senang.
    Hari pertama sekolah mereka sangat senang sebab ternyata salah satu guru yang mengajar di sekolah itu adalah guru mereka saat di Indonesia. Mereka juga memiliki beberapa teman yang berasal dari Indonesia. Jam pertama dimulai saat itu mereka memperkenalkan diri di depan kelas walau mereka hanya sekolah sementara disana selama 3 tahun. Tetapi nilai rapor mereka akan diserahkan kepada sekolah mereka di Indonesia. Saat jam pertama dimulai dengan pelajaran bahasa Indonesia mereka senang sekali sebab hari itu membahas tentang Keindahan Alam Indonesia. Kemudian waktu pelajaran pun habis dan dilanjutkan pelajaran bahasa melayu. Waktu terus bergulir hingga menunjukan pukul 18.00 dan mereka pun segera pulang.
“Rendy ayo kita pulang” Putra berteriak karena tempat duduk mereka berjauhan.
“baiklah, oh ya kapan kita jalankan rahasia yang kemarin”  Rendy bertanya kembali.
“oh, ya kalau hari minggu bagaimana?” Tanya Putra sambil menepuk pundak Rendy.
“iya, deh tapi ini kan rahasia! Jadi gak boleh kasih tahu ayah ya?” Tambah Putra.
***
Rahasia Besar
    Pada malam harinya Rendy mengajak Putra untuk berkeliling sejenak menikmati udara malam. Ayah mereka mengajak mereka ke suatu Restourant seafood yang terkenal di Kuala Lumpur. Rendy memesan kepiting bakar sedangkan Putra memesan ikan kakap yang besar. Tak disangka mereka bertemu guru dari sekolah mereka di Indonesia yang juga mengajar di sekolah bhineka. Mereka makan sambil berbincang – bincang.
“Ibu, kapan sih liburanya?” tanya Putra sambil tertawa.
“iya, masak baru sekolah dua hari kok sudah minta libur sih! Kalau menurut liburan semester liburanya sih bulan depan selama 2 minggu.” Ibu guru tersebut melanjutkanya.
“Wah, Putra kita bisa pulang ke Indonesia ya?” sahut Rendy.
“ Iya, tapi jalankan misi kita dulu ya!” bisik Putra lirih agar Ibu Rahmadan tidak mendengarnya.
   Ibu Rahma pun seakan ingin tahu apa yang mereka bicarakan tetapi mereka tidak ingin memberitahu. Setelah selesai berbicang – bincang mereka pun segera pulang dan tidur dengan terlelap. Jam menunjukan pukul 24.00 malam saat itu Rendy tidak sengaja bangun sebab ia harus ke kamar kecil. Dengan tidak sengaja Rendy melihat Putra sedang berjalan keluar kamar. Akhirnya Rendy mengikutinya, setelah Putra sampai di suatu Tempat minum teh Rendy dengan tidak sengaja melihat Putra membalik ruangan itu dan Rendy melihat ruangan yang berlapis emas. Rendy pun hanya terdiam ia berpikir mungkin itu ada kaitanya dengan rahasia yang akan ia jalankan pada hari minggu.
    Sebenarnya Putra merasa ada yang mengikutinya, tetapi sesekali ia menengok kebelakang tidak ada seorang pun yang ada di belakangnya. Sejak hari itu Putra merasa tidak nyaman dan mulai keesokan harinya Putra sudah tidak berani untuk pergi ke gudang emas itu. Padahal ia ingin sekali memecahkan misteri gudang itu.
   Hari ini adalah hari sabtu Rendy pun sengaja untuk tidur agak malam, Rendy berniat tidur setelah Putra tidur. Putra segera menuju kamarnya dan membaca komik – komiknya. Rendy menuju ruang minum teh sendiri dan Putra pun mengikutinya.
“Oh, ternyata kamu Rendy yang sejak kemarin lusa mengikuti aku. Baiklah kau kan pandai dapat membantuku untuk memecahkan misteri ini.” gumam Putra.  
   Hari minggu pagi yang cerah pun datang mereka segera menuju ke ruang minum teh dan langsung memutar ruangan itu dan segera memasukinya. Ketika Rendy menginjakan langkah pertamanya Putra menyarankan agar Rendy tidak menginjak terlalu keras sebab suara itu dapat terdengar hingga dua lantai di bawahnya.
“Rendy pelankan langkahmu!” Bujuk Putra.
“ Baiklah  . . .” Jawab Rendy tersenyum kepada Putra.
“ Oke, sekarang kita berpencar! Aku ke kanan dan kamu ke kiri!” ajak putra seakan tak sabar ingin segera mengetahui rahasia ruangan tersebut.
Ketika Rendy hendak berbelok ke kiri, ia memanggil Putra.
“ Putra, lihat apa yang aku temukan!” teriak Rendy sambil mengambil barang temuanya.
“ Apa Ren?” sahut Putra.
“Lihat, sebentar aku akan membacanya.” Lanjut Rendy.
“ Sebentar disini aku juga menemukan benda aneh Ren!” Putra pun menepuk pundak Rendy.
“ Ya sudah kamu dulu saja!” jawab Rendy.
 “Ternyata disini dulu adalah tempat tidur kakek nenekku saat mereka pergi ke Malaysia, lihat saja namanya saja sudah jelas” Jelas Putra.
 “ Pantas saja lihat ini berlian – berlian ini tertulis tanggal pernikahan mereka!” Jawab Rendy sambil menunjukan berlian – berlian tersebut kepada Putra.
“Bagaimana kalau ruangan ini kita beritahu ayah! Pasti beliau akan senang!” Ajak Putra.
  Setelah Putra berbicara hal itu kemudian mereka mendengar langkah kaki yang tak asing lagi bagi mereka yaitu langkah kaki ayah yang di iringi seorang petugas pembersih kamar. Mereka segera berlari dan membawa beberapa berlian sebagai tanda bukti.
“Ayah tengok ini!” suruh Putra sambil menepuk pundak ayah.
“Alhamdulillah akhirnya anak ayah sudah bisa tahu rahasia ruang minum teh itu” jawab ayah sambil tersenyum kecil.
  Mereka berdua kaget tak menyangka kalau ayah ternyata yang sengaja membuat ruangan minum teh tersebut untuk menyimpan barang – barang peninggalan kakek dan nenek mereka.
“ Ayah terus kita apakan harta ini?” Tanya Putra.
“ Itu kan warisan untuk kalian jadi ya terserah kalian mau kalian apakan?” ayah pun tersenyum kembali.
  Kemudian Rendy menangis karena ia mengingat kehidupanya yang dulu sekarang telah berubah menjadi kehidupan yang serba ada.
“ Kenapa Rendy kok, kamu menangis?” tanya Putra Keheranan.
“ Gak apa – apa kok! Aku Cuma ingat kehidupanku dulu yang serba kekurangan sekarang menjadi terpenuhi semua” tangis Rendy.
“ Ya sudah gak usah dipikirin lagi, oh! Ya aku juga minta maaf ya! Masalah dulu aku suka jelek – jelekin kamu.” Jawab putra.
  Mereka pun berpelukan dan berjanji akan selalu bersama lagi. Mereka juga janji untuk selalu tolong – menolong. Setelah beberapa saat Rendy ingin sekali bertelepon dan ingin mengetahui bagaimana kabar pengemis kecil itu.
“ Ayah, bulan depan kan kami liburan, bagaimana kalau kami pulang ke Indonesia 2 minggu saja kok!” tanya Rendy kepada ayah yang saat itu sedang membaca koran.
“ Hah? Apa kamu yakin Rendy? Putra?” sahut ayah kaget.
“ Ya, sudah gak apa – apa kok! Tapi maaf ayah gak bisa ikut sebab Ayah ada pekerjaan. Bagaimana?” lanjut ayah sambil menutup koran harianya.
“ Ya sudah gak apa – apa kok ayah! Makasih ya! Oh, ya ayah Aku dan Rendy sudah memutuskan bagaimana menggunakan berlian – berlian itu!” Putra menjawabnya.
“ Iya ayah, kami akan membangun panti asuhan untuk para anak yatim piatu, dan kami juga akan membangun sekolah untuk para anak – anak yang kurang beruntung.” Tambah Rendy.
“ Wah, anak – anak ayah ini jiwa sosialnya sudah tinggi ya?” Tanya ayah sambil menggoda.
  Ayah pun segera mengurus paspor dan membeli tiket di bandara, padahal keberangkatan mereka sebenarnya masih satu bulan lagi. Mereka tidak sadar bahwa bulan ini adalah bulan terakhir Rendy berada di Kuala Lumpur. Setelah mereka 6 bulan lebih disana.
***
Gadis Pembawa Kayu Bakar
    Hari terus berlalu, akhirnya nilai rapor mereka akan segera dibagikan. Rendy tak menyangka ia mendapat peringkat dua di sekolah itu, walau Putra hanya mendapat peringkat lima tapi ia bangga dengan saudaranya tersebut. Karena libur semester satu tinggal tiga minggu lagi, mereka tetap bersekolah seperti biasanya. Para guru menawarkan Rendy untuk mengikuti sejumlah olimpiade yang diselenggarakan pemerintah setempat. Rendy mengikutinya satu persatu dengan lancar, walau pada akhirnya Rendy jatuh sakit. Padahal ia ingin sekali mengikuti olimpiade matematika yang diadakan di Penang tersebut. Akhirnya guru pun menggantikanya dengan peraih peringkat pertama di kelas sebelah. Rendy sangat bangga dengan prestasi anak yang mendapat peringkat pertama di kelas sebelah. Walau dia dipuja – puja para murid dan guru tetapi anak itu tidak sombong dan congak. Rendy pun teringat akan teman sekolahnya dulu yang bernama Lukman seorang yang angkuh dan congkak. 
    Lukman sebenarnya adalah anak orang kaya tetapi ia berpikir bahwa hidup ini dapat diatasi dengan uang. Banyak teman sekolah Lukman tidak suka dengan sikap Lukman, tetapi mereka terpaksa mengikuti perintah Lukman, karena mereka takut akan dihajar atupun jahati Lukman. Lukman juga memiliki seorang pengawal pribadi yang sebenanya sih kadang – kadang berani tapi juga kadang – kadang malu – maluin karena biasanya dengan badan mereka yang besar dan tinggi seperti atlit binaragawan mereka sering makan lima piring sekaligus saat di kantin.
“ Hehehe. . . kalau ingat hal itu jadi kangen juga sama Lukman!” gumam Rendy sambil tertawa kecil sendirian di depan Putra.
   Walaupun Lukman anaknya nakal tapi juga bikin kangen, sebab ia sering melucu di depan kelas dan didampingi pengawal – pengawal bertubuh besarnya.
“ Rendy, kamu kok malah melamun ada apa?” tanya Putra bertanya – tanya.
“ Gak apa – apa kok ! Aku Cuma inget Lukman teman sekelas kita yang paling bikin kesal anak – anak.” Rendy tersenyum kecil kepada Putra.
“ Aduh, gak usah ingat anak itu legi deh bikin ketawa sama makin kesal saja!” Ucap Rendy sambil tersenyum sendirian.
“ Oke – oke, ayo aku ajak kamu keluar buat beli makanan kecil mau gak?” Ajak Rendy memaksa.
“ Oke, ayo kita berangkat!” Jawab Putra bersemangat.
  Merekapun segera pulang dan membeli makanan ringan untuk bekal besok minggu. Mereka mengobrol dengan penuh keceriaan menunggu hari lusa, Dan tiba – tiba mereka mendengar teriakan seorang gadis kecil yang menangis karena tersesat. Rendy dan Putra pun membantu mencari kedua orang tuanya. Karena tidak kunjung bertemu, mereka memutuskan untuk membawa anak kecil tersebut di kantor polisi. Ketika sampai di kantor polisi gadis kecil itu menfitnah Rendy dan Putra yang menculiknya. Padahal mereka tidak tahu apa – apa. Polisi pun langsung memanggil ayah Rendy dan segera melaporkan perbuatan anaknya tersebut. Putra pun semakin kesal dengan perbuatan gadis itu tetapi Rendy selalu menghalang – halangi agar Putra tidak menghajar anak itu. Tak berselang lama ayah pun datang dan segera bertanya kepada Rendy dan Putra.
“ Rendy, ayah percaya sama kamu, apakah kamu telah sengaja menculik bocah ini?” tanya ayah serius.
“ Bukan, ayah!” Bela Putra.
   Tanpa panjang lebar Rendy pun menjelaskan apa yang telah terjadi sebenarnya. Ayah pun percaya, ayah segera bicara dengan polisi tersebut. Tetapi ayah masih curiga terhadap orang tua dari anak tersebut, gadis dan orang tuanya segera kabur. Sebenarnya tiga orang tersebut adalah seorang pencuri. Mereka ingin mendapatkan uang dengan cara menipu ataupun menfitnah. Polisi tersebut segera mengerahkan seluruh anggotanya untuk menangkap orang tersebut. Seluruh kota pun mulai berhati – hati dalam menjaga anak – anaknya.
“ Ayah, kemana mereka kabur?” Tanya Putra setelah sampai di kamarnya.
“ Sudah – sudah tidak usah di bahas lagi sebaiknya kalian cepat tidur besok segera pulang ke Indonesia.” Perintah ayah sambil menyalakan pendingin ruanganya itu.
   Mereka pun segera tidur tidak sengaja Rendy teringat dengan anak tersebut ia selalu memikirkanya.
                                                                              
 *Wait For The Novel


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar