By : Rizal
Rahmanto
|
29/05/2011
|
Kenyataan Pahit
Aku berjalan menyusuri ibu kota, menghela
nafas panjang untuk segera beristirahat di pinggir jalan, bertemu dengan
seorang gadis cantik. Dengan penuh harap aku ingin berkenalan tapi ia tidak
menghiraukanku. Aku diam saja saat ia bergerak aku memperhatikanya, aku
bertanya dalam hati ku apakah dia orang yang aku cari untuk menggantikanya tapi
dia selalu menghindar dariku. Sungguh malu aku, aku berharap dia bertanya
siapakah aku. Tapi itu hanyalah mimipi siang bolongku saja. Saat malam tiba aku
pulang ke rumah, tak ku sangka dia ada di rumahku. Aku semakin ragu saat ayah
memanggilku ia baru tahu kalau namaku itu adalah Arya. Ia mengajaku untuk pergi
ke kolam dia mengitakanku bahwa dia itu siapa. Akhirnya aku tahu kalau
sebenarnya aku adalah teman sekolahnya saat di bangku SD. Aku mulai bertanya
padanya,”apakah kamu sudah memiliki seorang kekasih?” ia menjawab,“sudah.” Dia
balik bertanya padaku aku juga menjawabnya sudah. Aku menjawab jujur bahwa aku
memiliki kekasih yang bernama Anita. Crista heran saat Arya menyebut nama
Anita. Crista tidak memberitahu bahwa Anita adalah kembaranya. Pukul 22.00 pun
tiba Crista pun pulang bersama orang tuanya. Ia tidak menceritakan bahwa Anita
telah wafat, karena penyakit jantungnya. Keesokan harinya Crista pergi ke rumah
Arya, ia membawa Arya ke makam Anita. Arya tidak percaya bahwa kekasihnya telah
meninggal 1 bulan yang lalu. Pantas saja sejak 1 bulan yang lalu tidak ada
kabar tentang Anita. Crista sebenarnya suka terhadap Arya. Tapi ia hanya
memendam perasaanya. Arya tetap tidak percaya. Pada suatu malam Arya bermimpi
tentang Anita, ia bermimpi bahwa Anita masih hidup ia akan selalu hidup dalam
hati Arya. Saat Arya menceritakan apa yang dia mimipikan tadi malam terhadap
Crista, Crista semakin menangis sebab ia masih tidak percaya bahwa Arya
mencintai seseorang yang sudah berada di dunia lain. Ia menyebut penderitaan
cinta yang tak berhenti ini adalah karmanya sebab saat Anita sakit ia tidak
pernah pulang sebab ia harus terus bekerja untuk berperang. Akhirnya waktu yang
ditunggu tiba ia berulang tahun pada hari ini. Ia berharap Arya datang ke
rumahnya tetapi alangkah terkejutnya Crista saat ia mengetahui makam adiknya
yang sangat indah dengan taburan bunga, ternyata Arya melakukan hal itu demi
cintanya terhadap Anita.
......
Kabar Bahagia
Crista mulai menyesal mengapa dia harus
memberitahu bahwa adiknya telah wafat kepada Arya. Setiap hari Arya bertemu
Anita dalam mimpi. Pada keesokan harinya ia diberitahu kabar bahwa Crista masuk
rumah sakit. Crista menangis di rumah sakit sebab Arya tidak menjenguknya. Arya
setiap hari pergi ke makam Anita. Dokter mengvonis umur Crista 4 bulan lagi.
Demi menghargai Crista akhirnya Arya bersedia menikah dengan Crista tetapi,
walau mereka menikah mereka tidak bahagia. 4 bulan berlalu saat matahari
menjulang tinggi Arya mengetahui bahwa istrinya telah wafat. Dia menangis,
tetapi dokter membantu Crista dengan susah payah. Dokter meminta salah satu
ginjal untuk disumbangkan kepada Crista. Satu tahun berlalu akhirnya mereka
dikaruniai seorang anak yang mereka beri nama Pagunda. Tetapi Arya juga belum
bisa melupakan Anita. Tujuh belas tahun berlalu Pagunda mulai mengerti apa
makna suatu kehidupan. Tujuh belas tahun yang lalu dokter lupa bahwa jika ada
seseorang menyumbangkan ginjal untuk Crista ia akan merasa kesakitan. Arya
menyampaikan pesan terakhir kepada Crista, “apapun yang terbaik untukku
tak kan ku relakan kau menjadi miliknya.” Setelah mendengar ucapan tersebut
Arya menutup mata untuk selamanya. Pagunda pun sebenarnya sudah bisa merelakan
ayahnya. Tetapi, Crista masih belum bisa untuk merelakanya.
Pada suatu malam Crista bermimpi bertemu
dengan Anita. Anita mengatakan,”ambilah Arya sebab ia belum saatnya untuk
meninggalkanmu.” Mendengar ucapan tersebut Anita bergegas keluar kamar, tanpa
seijin Pagunda, ia meninggalkan Pagunda, dan bergegas menuju rumah sakit. Ia
memasuki kamar mayat, “aku tak akan bisa mengambil Arya.” Dengan lirih dia
berkata sedemikian. Kemudian dari belakang ada yang menepuk pundaknya, Anita
pun kaget dia berpikir yang tidak – tidak. Ketika ia menengok kebelakang ia
baru sadar itu hanya seorang petugas penjaga. Lalu petugas tersebut berkata,
“apa yang kamu lakukan disini?” dengan perasaan gugup Anita menjawab,”aku hanya
ingin mengambil jenasah suamiku,dan aku yakin dia masih hidup.” Tanpa basa –
basi petugas tersebut mengambilkan dan dia kaget dengan apa yang ditemukanya,
“subhanallah, ini sungguh mukjizatmu” dan petugas tersebut memanggil dokter
Anita langsung senang. Ia segera menelpon Pagunda dan ibunya bahwa Arya masih
hidup. Ketika dokter datang Anita langsung bergegas menuju ruang administrasi
untuk menyewa 1 kamar VIP untuk Arya.
Setelah arya dipindahkan ke kamar VIP nya ia pun
terbangun.
“Anita . . . Anita . . .” Arya bersuara lirih.
Karena Crista mendengarnya, Crista langsung menangis dan menepuk pundak
Arya, ia segera membangunka Arya.
“tenanglah Arya, Anita selalu ada di hatimu!”
Setelah mendengar ucapan itu Arya langsung Koma. Dokter tidak bisa
memastikan kapan akan berakhir. Banyak teman Arya berdatangan mulai dari teman
SD, SMP, SMA, Kantor, Kuliah, Mantan, dan juga rekan – rekan kerjanya. Semua
membacakan ayat suci al-qur’an agar Arya segera bangun. Satu minggu berlalu
Arya belum bangun juga.
Setelah dua minggu Akhirnya Arya terbangun dan segera
mencari Crista untuk menceritakan mimpi yang ia alami saat koma.
“Apa Arya?” Crista menangis senang.
“apakah aku boleh untuk menceritakan mimpiku saat aku tertidur sejak
kemarin?” dengan tersenyum Arya mengatakanya. Membuat seluruh orang yang berada
di ruangan itu tertawa karena Arya sebenarnya sedang koma selama seminggu.
“ya boleh kok! Ayah” Pagunda memotongnya.
“sebenarnya, ayah bermimpi ayah, Pagunda, dan kamu Crista berada di Tokyo
kota yang sering kita kunjungi saat liburan musim dingin dan semi. Kita berada
di suatu kuil, setelah itu kita bertemu dengan Anita ia mengajak kita untuk
masuk ke rumahnya yang ayah kira suatu kuil.”
“Oh, Jadi ayah selama tidur bermimpi itu ya?” Tanya Pagunda seolah ingin
mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.
“Iya, Kalau ayah sudah sembuh nanti ayah janji deh! Ayah ajak ke Tokyo!”
sahut ayah.
....
Kisah Dramatis
Hari beranjak sore tubuh Arya menggigil dan ia segera menyuruh
Crista untuk mematikan AC nya. Arya segera mengambil remote untuk
menyalakan televisi plasma 32 inch yang ada di kamar tersebut. Arya segera
menyetel saluran sepak bola. Karena hari sudah mulai malam Arya mulai
tidur dan ia pun langsung terlelap dalam mimpinya itu. Pagi mulai datang
matahari mulai menjulang tinggi Pagunda membangunkan ayahnya dengan penuh
kebahagiaan.
“Selamat Pagi ayah, bagaimana sudah agak sehatkan?”
Tanya Pagunda.
“Iya, sudah kok! Mana Bunda ayah ingin memeluknya?”
Tanya Arya serasa tak sabar ingi segera cepat bertemu Crista.
“Magandang Hapon!” sahut seorang teman Arya yang bersekolah mengambil
jurusan bahasa tagalog seperti Arya.
“Iya, Ada apa Tir?” tanya Arya dengan tersenyum bahagia.
“gak apa – apa kok! Crista tadi menyuruhku untuk menjagamu sebab ia sedang
mengurus paspor, karena ada suatu hal penting yang harus ia lakukan di Singapore”
“hmmb. . .” gumam Arya.
Arya mengambil kursi roda yang berada di sebelah tempat
tidurnya, dan menyuruh Tirta rekan kuliahnya mendorongnya. Arya pun mengajak
Pagunda pula ini adalah hari pertama Arya keluar dari kamar tersebut walau
hanya 1 jam. Seorang suster yang merawat Arya pun terharu ketika ia bertemu
dengan Arya. Ternyata kisah perjalanan cinta Arya telah terdengar oleh para
petugas rumah sakit. Tetapi Arya tidak menanggapi hal tersebut.
“ Tirta, tolong antar aku pergi ke makam Anita! Pasti ia sangat
merindukanku.” Perintah Arya memaksa.
“ Baiklah mari kuantar!” Tirta tersenyum manis ke Arya.
Dengan menaiki mobil Tirta yang baru ia beli di Tokyo dua
bulan lalu. Arya pun tidak iri dengan mobil Tirta tetapi Arya iri karena
melihat Tirta masih bisa menyupir mobil sendiri tanpa meminta bantuan orang
lain. Arya pun berpikir akan kehidupanya, walau ia memiliki tiga mobil yang
harganya berkelas dengan mobil – mobil yang dinaiki keluarga kerajaan di
Inggris tetapi ia tidak dapat menaikinya saat ini. Dalam perjalanan ia masih
belum bisa melupakan Anita. Ia masih merasa bahwa Anita masih hidup, ia yakin
bahwa mimpi yang ia rasakan saat koma bukanlah sekedar mimpi tapi itu
kenyataan. Sesampainya di makam Anita Arya segera bersujud dan langsung
menangis di hadapan makam yang sepertinya sudah tidak terurus selama Arya
berada di Rumah Sakit. Arya merasa hidup ini akan berakhir.
“ Mengapa harus aku dan kamu yang merasakan penderitaan ini ku tahan
merasakan penderitaan ini, rasa penderitaan ini seperti Tiga Hati dan Dua Dunia
yang kurasa” Curahan Hati Arya di depan makam itu yang tidak sengaja terdengar
Tirta.
“ Tenanglah memang ini sulit bagimu untuk melupakanya tapi dia tidak akan
tenang jika kamu berada disini dan menangis seperti itu!” ucap Tirta seakan
menenangkan Arya.
“ Tapi, tidak baginya Anita masih tetap hidup dalam hatiku tak akan bisa
terlupakan.” Sambung Arya.
Arya menangis tangisnya terdengar hingga membuat kabur seluruh
burung – burung kecil yang sedang memakani biji - biji bunga. Tak disangka hari
mulai gelap Hujan gerimis menami drama romantis ini. Hidup ini bagai sebuah
drama yang indah tanpa naskah ataupun dialog. Hujan semakin lebat mewarnai
kisah dramatis tersebut. Tirta dan Pagunda berteduh di bawah tempat ronda, Arya
tetap duduk di samping makam tersebut. Walaupun hujan, keajaiban pun terjadi
bau harum mawar muncul. Tetapi kisah itu belum juga berakhir.
“ Arya, ayo kita pulang!” bujuk Tirta.
“ Kalian pulang saja dulu nanti saya akan tidur di ronda itu” Teriak Arya
bersahutan dengan air hujan.
Dengan perasaan gelisah Tirta meninggalkan Arya sendirian mereka pun
berpisah untuk satu hari ini saja.
“ Om rasa ayah kamu sedang tidak mau diganggu, kamu hari ini tidur di rumah
om Tirta saja ya!” Pinta om Tirta kepada Pagunda yang terlihat lesu.
“ Baiklah om!” Jawab Pagunda yang masih terus memikirkan ayahnya.
...
Arya Hilang
Keesokan harinya tanpa mengajak Pagunda Tirta kembali ke makam
Anita ia melihat Arya tidak berada disana ia takut kalau Arya diculik oleh
seseorang yang tidak Arya kenal. Tirta pun bertemu dengan salah seorang penjaga
makam ia pun bertanya.
“ Maaf, pak sebelumnya apakah bapak tahu orang yang tadi malam tidur di pos
ronda ini?” Tanya Tirta terus terang.
“ Maaf saya tidak tahu, mungkin diculik penjahat yang biasa mangkal
disini!” jawab penjaga makam tua itu ragu.
“ Terimakasih pak!” ucap Tirta pelan.
Tirta mencari temanya kemana – mana tapi ia tidak menemukanya.
Sebenarnya yang diucapkan penjaga akam itu benar Tirta diculik oleh seorang
penculik yang sering mangkal di pos ronda tersebut. Arya sekarang dalam keadaan
sakit ia tidak bisa berjalan ia hanya dapat merangkak.
Ketika Crista pulang dari Singapore Crista
tidak percaya kalau Arya tidak ada di Rumah sakit. Crista segera menelpon Arya
tetapi handphone Arya tertinggal di rumah sakit. Ia pun
menelpon Tirta lewat ponsel Arya kemudia Crista kaget kalu Arya diculik. Ia pun
segera menemui Tirta di sebuah Mal terbesar di Jakarta. Saat itu Crista sangat
bingung ia sudah mengerahkan beberapa polisi untuk mencari Arya. Berhari – hari
telah terlewati hidup Crista hampa tanpa Arya. Ia pun juga penah tiga kali
ketahuan akan bunuh diri. Tapi niatnya itu selalu saja dihalang – halangi oleh
Tirta. Saat ia di jalan ia bertemu dengan seorang peramal, peramal tersebut tidak
sengaja menabrak Crista saat peramal tersebut keluar dari sebuah gereja. Ia
mengira peramal tersebut hanyalah seorang pendeta. Ternyata orang tersebut juga
seorang peramal, banyak jemaat gereja tersebut yang meminta saran kepada
pendeta itu. Hari mulai sore Crista terus berada di rumah pendeta itu untuk
menengkan dirinya. Walau sebenarnya Anita seorang muslim tetapi ia adalah orang
yang menghormati agama lainya.
Pendeta itu menenangkan Crista, akhirnya Crista dapat segera
tenang dan bersabar. Tak berapa lama polisi menelpon Crista polisi sudah
menanyai semua saksi yang melihat kejadian tersebut.
Saat ini Arya sedang berada dalam sekapan para pencuri tersebut ia
hanya diberi makan 2x sehari dengan nasi sisa. Pencuri tersebut meminta nomor
telepon Crista untuk meminta tebusan uang. Ia pun memaksa Arya.
“ ayo, cepat jika kau tak segera memberikan nomor teleponya aku akan bunuh
kau saat ini juga!” bentak pencuri tersebut.
Arya hampir menyerah ia pun akhirnya mendapat ide, karena ia
mempunyai seorang teman yang polisi dan ia pun memberikan nomor tersebut.
Setelah itu pencuri tersebut segera menenelpon nomor tersebut.
“ Hei, Loe segera serahkan uang Rp1.000.000.000,00 dan segera bawa ke
alamat Jalan kemari kalau tidak Arya akan segera gue bunuh! Alamatnya di dekat
stasiun Jakarta Kota!” pencuri itu sambil teriak – tersiak. Karena tak sabar
pencuri tersebut pun langsung menutup teleponya.
Kemudian Polisi itu memberi kabar terhadap Crista. Crista
segera berangkat dan sangat takut. Ia pun tidak peduli walau harus mengeluarkan
uang berapa pun demi Arya. Ia segera mengambil uangnya. Dan segera menitipkan
uang tersebut kepada polisi.
Keesokan harinya polisi segera menuju lokasi penculikan
Arya, tetapi sayang ketika sampai disana Arya telah tiada. Para penculik
tersebut tidak tahu kemana Arya pergi, mereka pun segera mungkin mencari kemana
Arya hilang. Para penculik pun menyerahkan diri mereka kepada polisi. Dengan
hati yang tenang mereka datang dan diam dikantor polisi tersebut. Walau dalam
perasaan mereka takut akan dipenjara seumur hidup tetapi mereka tampak tenang –
tenang saja.
“eh, emang kemana sih orang itu?” Tanya penculik berusia
18 tahun tersebut.
“Gak tau! Dan gak mau tau!” jawab salah satu diantara tiga orang penculik
tersebut. “Okelah!” Jawab mereka serentak.
*Wait For The Novel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar